Pages

Subscribe:

Sunday, May 20, 2012

Champions League final: Bayern Muenchen vs Chelsea — Kami pantas mengangkat Piala Kuping Besar for the first time!!


Pemain Chelsea bersuka cita

Chelsea berhasil mengawinkan dua trofi, trofi piala FA dan Liga Champions, setelah menghempaskan asa Bayern Muenchen dini hari tadi (20/5) di depan publiknya sendiri, Allianz Arena.

Perjalanan Chelsea menuju Allianz Arena dan pergantian pelatih
The Blues, begitulah julukan Chelsea, memang harus melewati perjalanan berliku nan panjang dan pasang surut sebelum akhirnya berhasil mengangkat tinggi trofi prestisius benua Eropa, the big-ear trophy. Dipecatnya Andre Villas-Boas dari kursi kepelatihan Chelsea Maret lalu karena penampilan Chelsea yang tak kunjung membaik menjadi titik balik kebangkitan Chelsea, apalagi ketika Roberto Di Matteo dipilih sebagai pelatih sementara (caretaker) The Blues.

Hanya dalam waktu 3 bulan setelah pengangkatan RDM sebagai caretaker, performa Chelsea sungguh menakjubkan, terutama di EPL dan Liga Champions. Awalnya hampir semua orang meragukan kapasitas RDM karena karir kepelatihan pria Italia kelahiran Swiss ini hampir tidak ada, setelah dipecat West Bromwich Albion pada awal 2011. Saya pun meragukan RDM tapi sekarang saya berani berteriak lantang bahwa jika Roman Abramovich tidak menyodori kontrak sebagai pelatih permanen Chelsea kepada RDM, hal itu akan menjadi keputusan paling bodoh dan idiot yang pernah diambil Roman. Roberto Di Matteo harus di-“jaga”, walaupun kelihatannya Robbie tidak begitu mengkhawatirkan nasibnya di Stamford Bridge setelah ini. Dia memilih untuk bersikap kalem dan fokus pada laga penting Chelsea di Liga Champions. Keputusan mengenai pelatih Chelsea akan diumumkan musim panas ini dan saya harap RDM adalah satu-satunya pilihan Roman.

Chelsea sempat ditekuk Napoli 1 – 3 di babak 16 besar Liga Champions leg 1. Namun RDM berhasil membalikkan keadaan dan mengangkat mental punggawa tim Biru London ini dengan memenangi laga ulangan FA Cup melawan Birmingham yang berakhir dengan kemenangan Chelsea 2-0 dan kemenangan 1-0 Stoke City di EPL sehingga bisa menang 4 – 1 (agregat 5 – 4) di leg kedua di Stamford Bridge. RDM pun berhasil mengantarkan Chelsea meraih hasil memuaskan 5 – 1 atas Tottenham Hostspur di laga Piala FA. Chelsea akhirnya berhasil mengangkat trofi Piala FA setelah menekuk Liverpool 2 – 1 di Wembley Stadium hanya dua minggu sebelum final Liga Champions ini. Di Liga Champions Chelsea berhasil melaju ke semifinal setelah menekuk Benfica (agregat 3 – 1) dan secara heroik dan meyakinkan berhasil mengalahkans sang juara bertahan Barcelona (agregat 3 – 2) di semifinal Liga Champions. Apalagi di leg kedua, (review mengenai ini ada di blog saya) hanya dengan 10 pemain Chelsea berhasil menyingkirkan sang Juara bertahan. Pencapaian yang sangat luar biasa, kan?

Champions League final and Chelsea’s triumph
Nah sekarang saya akan mengulas Final Liga Champions dini hari kemarin dimana Chelsea berhasil meraih titel Jawara Eropa untuk pertama kalinya.

Tak mudah memang ketika kita harus berlaga di pertandingan maha penting macam Liga Champions ini apalagi menyambangi kandang lawan (FYI, partai final ini memang telah dijadwalkan sebelumnya akan diadakan di kandang Bayern, Allianz Arena). Tanpa 4 pilar utama, TRIM (Terry, Ramires, Ivanovic dan Meireles), banyak yang menyangsikan Chelsea bisa sebagai jawara Eropa dan mengalahkan Bayern di kandangnya sendiri. Captain Lampard bahkan mengatakan bahwa dia tak masalah bahwa timnya disebut underdog karena beban di bahu kami tidak sebesar beban di kubu lawan. Itu artinya peluang Chelsea untuk menjadi jawara masih terbuka lebar.

Bagi True Blue seperti saya, Chelsea wajib menang karena saya masih ingin melihat perjuangan John Terry dkk di Liga Champions tahun depan – Chelsea hanya finis di urutan keenam klasemen akhir Liga Inggris dan itu artinya hanya dengan memenangkan Liga Champions-lah satu-satunya cara mereka bisa kembali bersaing dengan klub-klub elit Eropa di Liga Champions musim depan. Namun tentu saja bukan perjuangan yang mudah karena banyak kalangan yang sangat menginginkan Bayern menang, terlebih di kandang sendiri.

Di 45 menit babak pertama, terutama 30 menit awal, Chelsea banyak merapkan strategi bertahan walaupun pertahanan mereka tak seketat ketika mereka bertahan di semifinal melwan Barcelona. Saya acungi jempol untuk Luiz dan Cahill yang telah kembali bugar dan tampil sangat luar biasa dalam pertahanan Chelsea. Penampilan Cole pun juga sangat menakjubkan. Beberapa kali dia memblok bola dari sodoran pemain Bayern yang mengarah ke gawang Cech. Bayern memang tampil ofensif dan agresif namun Chelsea sangat disiplin dalam bertahan. Chelsea terlihat relatif tenang dan kalem, mungkin karena faktor RDM yang juga sangat kalem. Saya salut dengan attitude mantan pemain Chelsea ini. Saya pun berspekulasi bahwa beban mental paling berat ada di pundak seluruh punggawa Bayern karena mereka tentu punya misi untuk menjadi tim pertama yang memenangi Liga Champions di kandang sendiri setelah Internazionale di tahun 1965. Belum pernah ada tim yang menang Liga Champions di kandang sendiri setelah format kejuaraan paling elit antar tim-tim Eropa ini berganti nama menjadi Liga Champions.

Semua orang menantikan gol pertama di Allianz Arena. Semua orang berharap tim jagoannya-lah yang menyarangkan gol tersebut. Bayern masih begitu ofensif dalam menyerang, Chelsea masih menerapkan disiplin militer untuk bertahan. Banyak peluang Bayern yang gagal dikonversi menjadi gol. Walaupun hanya memiliki sedikit peluang, Chelsea termasuk efektif dalam serangan balik. Serangan balik Chelsea memang mematikan.

Di 45 menit babak kedua belum ada substitutes di kedua kubu. Sebenarnya saya berharap sekali Torres bermain dan dia pun masuk di menit ke-84. Bayern masih berusaha menusuk dari berbagai lini untuk mengobrak abrik pertahanan Chelsea namun kedisiplinan Chelsea dan mental pantang menyerah pasukan Biru London masih sangat kokoh. Menit ke-53 Ribery berhasil membobol gawang Chelsea but unfortunately it was offside. Namun pada menit ke-83 gawang Cech bergetar juga setelah sundulan Müller gagal diantisipasi kiper yang berulang tahun pada hari ini. Bayern 1 – 0 Chelsea. Bayern pun layak merayakan gol ini but not for a long time.

Saya sudah mulai ketar-ketir tapi saya masih optimis – dari awal peluit babak pertama hingga saat ini – bahwa Chelsea akan berhasil memenangi laga ini. I got a good feeling about this dan ini terbukti lima menit kemudian. Corner Mata berhasil dikonversi menjadi gol lewat sundulan akurat Drogba yang memaksakan laga ini harus dilanjutkan ke extra time. Mental Chelsea memang terletak di para pemainnya, I know that, bukan seperti mental Bayern yang ada di timnya. Terbukti kan Chelsea bisa mencetak gol sehingga kedudukan menjadi Bayern 1 – 1 Chelsea.

Di 15 menit babak extra time pertama, menit ke-93 Drogba melakukan kesalahan paling foolish dengan melanggar Ribery di kotak penalty Chelsea. Robety ditarik keluar karena cedera dan Bayern mendapat hadiah penalty. Kartu kuning untuk Drogba. Namun Cech berhasil menyelamatkan gawangnya dari tendangan penalty Robben dan menyelamatkan Drogba dari olok-olokan fans Chelsea. Drogba sudah membuat gol penyimbang di akhir babak kedua dan dialah pahlawan Chelsea – sebelum kesalahannya karena melanggar Ribery. So thanks to Petr Cech!!

2x15 menit extra time tidak merubah papan skor bagi kedua tim sehingga penalty shoot-out pun harus dilakukan untuk mencari pemenang. Memori final 2008 di Moscow pun merasuki pikiran saya, dan mungkin pikiran punggawa Chelsea yang terlibat di final menyakitkan itu (I saw Terry’s face was unreadable) karena mereka merelakan titel direbut rival senegara, Manchester United. Saya pribadi sangat mengharapkan Chelsea menang di final kedua kalia ini namun kalaupun kalah saya juga tetap harus memberi applause kepada Muenchen. Fair play, respect.

Di laga semifinal leg kedua melawan Real Madrid pun, Muenchen harus menjalaninya dengan penalty shoot-out dan ketika itu Neuer dan Schweinsteiger menjadi pahlawan karena berhasil menghantarkan Muenchen berlaga di partai final di kandang sendiri. Namun kali ini atmosfirnya berbeda. Ini laga final. Ini laga final Liga Champions.

Terlihat sekali beban mental di kedua klub sangat besar, terutama di kubu Bayern. Dan ini penalty shoot-out dengan akurasi 99% pasti gol. Namun saya percaya pada Cech, dia kiper yang sangat tangguh dan selama 2x45 menit dan 2x15 menit konsentrasinya tak terusik. Dia pasti akan tampil menakjubkan di bawah mistar gawang Chelsea.

Gawang yang dipilih untuk penalty shoot-out adalah gawang dimana di belakangnya dihuni oleh banyak suporter Bayern (Bayern end). Mental dan keajaiban berbicara di sini.

Skipper Bayern, Lahm, mengambil penalti pertama dan Cech kurang sigap mengantisipasinya dan goal. Bayern 1 – 0 Chelsea

Mata mengambil tendangan penalti pertama untuk Chelsea namun tendangannya berhasil diblol Neuer. Pendukung Bayern di belakang gawang bersorak. Bayern 1 – 0 Chelsea

Gomez berhasil membobol gawang Cech di sudut kanan bawah. Bayern 2 – 0 Chelsea

Namun Luiz berhasil melepaskan tendangan terarah ke gawang Neuer. Bayern 2 – 1 Chelsea

Neuer mengambil tendangan penalti ketiga untuk Bayern dan dia berhasil. Tendangannya sangat brilian, I admit. Bayern 3 – 1 Chelsea

Lampard, spesialis algojo penalti untuk Chelsea, dan pemain favorit saya, mengambil tendangan ketiga untuk Chelsea. Dan berhasil. Lampard memang keren. Bayern 3 – 2 Chelsea

Tendangan keempat untuk Bayern diambil oleh Olic dan Cech berhasil menyelamatkan gawangnya!! What a save!! Bayern 3 – 2 Chelsea

Cole berhasil menyarangkan bola ke gawang Neuer dengan sangat brilian. Dan inilah sudden death. Kedudukan imbang sekarang. Bayern 3 – 3 Chelsea

Algojo penalti kelima Bayern, Schweinsteiger, gagal menjalankan tugasnya karena tendangannya berhasil diantisipasi Cech. Oh, Dear, setelah menjadi pahlawan Bayern di semifinal kontra Madrid, sekarang Schweinsteiger harus mengakui bahwa mentalnya di laga ini belum sekuat mental pemain Chelsea. Bayern 3 – 3 Chelsea

Drogba berpeluang menjadi pahlawan Chelsea jika tendangannya kali ini berhasil bersarang di gawang Neuer. And it did happen!! What a goal, what a brilliant goal!! Bayern 3 – 4 Chelsea

Satu catatan: berdasarkan pengamatan saya, gerakan Cech dalam membaca arah bola hasil tendangan pemain Bayern sudah akurat namun sayangnya mungkin tendangannya masih terlalu strong buat dihentikan. Dibandingkan dengan Neuer, saya lebih bangga pada Cech.

Chelsea pun berhak menjadi juara dan berpesta di podium Allianz Arena setelah melewati adu penalti yang sangat mendebarkan ini. Semua pemain Bayern tertunduk lesu di lapangan. Mata mereka berbicara jika mereka sangat ingin menjadi orang yang ada di podium, mencium dan mengangkat piala Liga Champions. Tapi kenyataannya malah sebaliknya. So for all Bayern Muenchen fans all around the world, just take the loss. There is time when a team is in up and down.



Saya sangat menyukai ekspresi JT (yang akhirnya diperbolehkan mengangkat piala ini) dan Lampard. Ekspresi suka cita RDM. Ekspresi Roman yang begitu mengidamkan piala ini dibawa pulang ke Bridge.  Ekspresi semua punggawa Chelsea. We’re all happy finally.


Saya gak peduli dengan tanggapan orang yang masih menyangsikan Chelsea even after they defeated Bayern Munich. Jawara pasti memiliki sesuatu yang pantas menjadikannya sebagai seorang kampiun. Memang permainan Chelsea kurang impresif tapi jika itulah jalan untuk menang, saya tak keberatan. Para pemain Chelsea pun, saya yakin, tak keberatan. Sekarang terbukti, kan, Chelsea merajai Eropa sekarang. Ini membuktikan bahwa strategi bertahan yang membosankan pun bisa membawa sebuah tim meraih tahta tertinggi di Eropa.

Sebenarnya saya masih belum percaya Chelsea berhasil meraih titel Liga Champions. Kemenangan ini begitu manis dan luar biasa. Ini adalah kemenangan pertama klub kota London di Liga Champions. Tak pelak semua warga London, khusunya London Barat, tempat Stamford Bridge aka markas Chelsea bernaung,  turun ke jalan dan berpesta. Lampard, Di Matteo dan Drogba dielu-elukan. Ini adalah kali pertama pelatih Italia mengantarkan klub non-Italia menjuarai Liga Champions. Dan mungkin ini adalah pertama kalinya seorang caretaker berhasil mempersembahkan trofi paling prestisius untuk sebuah klub. Whoa, let’s give him big applauses!!!

Chelsea menjadi jawara Liga Champions dan dengan begitu kandaslah mimpi Tottenham Hostpur untuk berlaga di Liga Champions musim depan karena sesuai dengan kesepakatan, hanya ada 4 klub dair Inggris yang berhak melaju ke Liga Champions. Tottenham kebetulan berada di klasemen akhir keempat. Sorry for Tottenham. Just be happy for your neighbour!!

Dengan resminya Chelsea menjadi jawara Eropa, beberapa mitos Liga Champions pun masih tak tergoyahkan.

Dalam sepak bola, mitos dan dewi fortuna memang masih sangat dipercaya. Menurut saya, hal ini sah-sah saja. Mungkin masalah mental pun menjadi kunci utama sebuah tim berhasil di ajang manapun. Menjadi tuan rumah tak selalu membuat sang Raksasa Bavaria menang. Dan satu lagi, jangan remehkan tim lawan.

Ini adalah beberapa pertanda dan mitos seputar Liga Champions yang masih kokoh:

  1. 1      Tim yang berhasil menyingkirkan Barcelona di semifinal dan bertemu Bayern Munich di final pasti menjuarai Liga Champions. (tengoklah Inter Milan tahun 2010)
    2.      Wembley 2011 (tuan rumah bagi Manchester United) menjadi saksi kemenangan Barcelona. Allianz Arena, kandang bagi Muenchen, Chelsea malah yang berhasil menang. (faktor mental)
    3.      Perjalanan Chelsea di Liga Champions.
    a.       2000 : perempat final
    b.      2004 : semifinal
    c.       2008 : final
    d.      2012 : winner!!
    4.      Tim dengan warna biru
    a.       2010 : Biru Hitam (Inter Milan)
    b.      2011 : Biru Merah (Barcelona)
    c.       2012 : Biru (Chelsea)
    5.      (boleh percaya boleh tidak) ramalan seekor llama asal Inggris terbukti jitu karena dia berhasil menebak Chelsea memenangkan laga final ini setelah dua menit ‘berpikir’. Llama ini pun sebelumnya berhasil meramal bahwa Chelsea akan memenangkan piala FA kontra Liverpool dua minggu sebelumnya. Berita ini kurang terekspos karena media lebih ‘suka’ memberitakan seekor anjing Jerman yang menebak Muenchen akan menjuarai laga ini. Sepertinya media lebih memihak Muenchen.
    6.      Allianz Arena selalu menghasilkan juara baru.
    7.      Rekor tim Jerman yang susah menang melawan tim asal Inggris kembali diperpanjang.
    19.05.12 adalah tanggal partai final ini diadakan sedangkan 1905 adalah tahun Chelsea didirikan.

Sweet Triumph for Chelsea, sweet present for Cech.
Happy Birthday, Petr Cech.

We keep the Blue Flag Flying High at Allianz Arena.

Friday, May 18, 2012

Untitled


Il ne veut pas dire que je ne peux pas s'entendre et travailler avec vousmes amis.

Je crois que je préfère avoir plaisir à travailler par moi-même que de travailler avec ceux qui ne sont assis sans rien faire.

Mon français n'est pas bon, mais je suis étudiant. 

Saturday, May 12, 2012

The Avengers: Such an incredibly epic movie


Good warm-up for Summer Suprises

(Spoiler Alert!!)

Salah satu film yang paling ditunggu-tunggu semua orang terutama movie freaks, tak terkecuali saya, adalah The Avengers. Film dimana terdapat 6 superheroes berkumpul di dalam satu frame ini berhasil membius semua orang untuk rela mengantri di bioskop, atau merogoh kocek lebih dalam dan pergi ke teater IMAX pertama di Indonesia di Gandaria City, begitu film ini officially released worldwide, termasuk Indonesia tentu saja. Semua orang penasaran dengan film ini terutama dengan hasil kerja keras sang sineas, Joss Whedon, dalam ‘mempersatukan’ bintang-bintang besar di proyek besar ini, melobi bintang-bintang asli pemeran superhero ikonik ini untuk bergabung membentuk satu tim. Bukan hal yang mudah, tentu saja, untuk menyatukan mereka dan meredam ego masing-masing. Whedon berhasil melakukannya dengan sangat baik dan untuk hal ini saya beri Whedon applause. The Avengers tak hanya sukses di Amerika Utara namun juga di dunia sejak rilis perdana tanggal 4 Mei kemarin.

Film yang digawangi oleh bintang-bintang asli yang sebelumnya telah tampil solo dalam filmnya masing-masing: Robert Downey Jr. (Tony Stark/Iron Man), the gorgeous man alive Chris Evans (Steve Rogers/Captain America), Mark Ruffalo—menggantikan pemeran asli sekaligus sahabatnya, Edward Norton—(Dr. Bruce Banner/Hulk), Chris Hemworth (Thor), Scarlett Johansson (Natasha Romanoff/Black Widow), Jeremy Renner (Clint Barton/Hawkeye), Tom Hiddleston (Loki), dan tentu saja Samuel L. Jackson (Nick Fury) telah berhasil memuaskan hasrat pecinta komik, terutama pecinta superhero Marvel, untuk menyaksikan karakter favorit mereka direalisasikan dalam bentuk motion picture. Dan hasilnya tidak mengecewakan. Porsi tampil yang pas antara para superhero dan skrip yang menarik merupakan kunci utama mengapa saya sangat optimis bahwa film ini akan memuncaki tangga box office. Akan sangat aneh kalau yang terjadi malah sebaliknya. Film ini epic dan merupakan pembuka film-film musim panas yang penuh dengan ‘kejutan’ dan superhero macam The Dark Knight Rises dan The Amazing Spider-man.

Cerita diawali dengan Tessaract yang berhasil ditemukan ayah Tony Stark, Howard Stark, di akhir film Captain America: The First Avenger, bereaksi sangat tidak lazim di markas S.H.I.E.L.D. Tessaract berhasil ‘membawa’ Loki, saudara tiri Thor yang jahat, ke Bumi dan mengancam dunia dengan obsesi jahatnya: ingin menguasai bumi dan memperbudak umat manusia. Hal inilah yang menjadi permasalahan utama S.H.I.E.L.D. Nick Fury pergi dan mulai merekrut para superhero ini dengan perekrutan langsung dengan mendatangi mereka satu persatu  seperti ketika mendatangi Steve Rogers yang sedang latihan dengan sandsacks atau dengan mengutus orang lain seperti ketika dia mengutus Natasha Romanoff untuk merekrut Bruce Banner.

“Part what makes The Avengers interesting is that not all of the big action sequences about fighting an enemy, these guys are trying to find their way amongst each other and become a team.”
-- Chris Evans

Namun sayangnya, Clint Barton terkena ‘sihir’ Loki dan malah bekerja sama dengannya dan berbalik memerangi S.H.I.E.L.D dan kumpulan superheronya. Tapi dia berhasil ‘disadarkan’ kembali oleh Romanoff dengan membenturkan kepalanya dengan keras. Scene yang menarik di sini, menurut saya, ada tiga yaitu ketika Tony Stark dan Steve Rogers terlibat pertengkaran berkali-kali, ketika akhirnya The Avengers bersatu, dan ketika Tony Stark bisa membuat tensi film ini agak ‘turun’ ketika dia melemparkan jokes yang simpel tapi tetap lucu dan khasnya Stark.

Namun saya agak merasa seperti dèja vu adalah ketika Hawkeye yang masih dalam pengaruh ‘sihir’ Loki, meminta Loki untuk mengalihkan perhatian S.H.I.E.L.D. Adegan ini seperti adegan pengalihan perhatian di The Dark Knight (2008) namun bedanya adegan di The Avengers ini jelas sekali dan bisa langsung ditebak jika ini adalah pengalih perhatian semata—sepertinya film superhero banyak juga yang mudah ditebak because good always wins against bad. Tapi tetap saja we don’t wanna stand up until the movie does end!! Yang membuat saya penasaran adalah bagaiman S.H.I.E.L.D dan kumpulan superheronya mengatasi masalah ini tanpa Hulk yang menjadi masalah terbesar S.H.I.E.L.D. Hulk lah yang diincar Loki untuk mengacaukan segalanya karena Hulk is completely uncontrollable.

Sekarang saya mau mengomentari akting para pemeran The Avengers. Akting Samuel L. Jackson sebagai Nick Fury tak perlu diragukan lagi. Sudah banyak makan asam garam di Hollywood membuat Jackson menjadi one of Hollywood’s A-list actors. Masuknya Jackson menjadi salah satu pendukung film ini adalah pilihan yang tepat, saya tak bisa membayangkan orang lain memerankan Nick Fury. Namun, menurut saya, peran Nick Fury di S.H.I.E.L.D belum terlalu memberi dampak yang besar kepada The Avengers dalam arti kepemimpinan S.H.I.E.L.D hanya sekedar pemimpin. Dia kurang tereksplor di film ini tapi sebenarnya it didn’t bother me a lot as I still could enjoy it as much as I enjoyed the rest of the movie. Adegan yang paling saya sukai adalah ketika Agen Coulson, yang merupakan penggemar berat Captain America, dibunuh oleh Loki. Fury memberikan kartu bergambarkan Captain America yang tadinya hendak diberikan kepada Rogers untuk ditandatangani langsung olehnya namun sayangnya Rogers enggan menandatanganinya kepada Rogers. Fury memberi sedikit dorongan kepada pasukannya—terutama pemimpin The Avengers, Captain America—untuk bekerja sama. Dan The Avengers pun mulai rukun dan bisa bekerja sama. (Average performance: 9/10)
Akting Robert Downey Jr. perlu diacungi jempol di film The Avengers ini. Masih memerankan bilioner playboy nyentrik, Tony Stark, Downey Jr. Berhasil memerankannya dengan amat sangat baik. Dengan selera humor segar yang tak pernah lepas dari mulutnya, Downey Jr. berhasil membawa karakter Stark yang juga alter egonya, Iron Man, menjadi setingkat lebih baik daripada dua installment Iron Man sebelumnya. Sebelumnya saya tak pernah menyukai Iron Man tapi begitu melihat akting Downey Jr. di film ini saya jadi tergoda untuk menyewa DVD Iron Man 1 dan 2. Tapi yang jelas, armor suit Iron Man di sini jauh lebih canggih daripada sebelumnya. Adegan Iron Man favorit saya adalah ketika dia berhasil menajdi penyelemat New York dan dunia karena nuklir yang dikirim oleh anak buah Loki yang tadinya mengarah ke Stark Building berhasil dia bawa keluar bumi. (Average performance: 8.5/10)

Akting Chris Evans tak perlu diragukan lagi. Dialah bintang masa depan Hollywood. Saya berani mengatakan bahwa ketika Hollywood tidak ‘membutuhkan’ jasa Tom Cruise atau Brad Pitt dan kawan-kawan, mereka bisa ‘meminjam’ Cevans, panggilan akrab Evans. Selain memang mempunyai paras rupawan, akting Cevans tak bisa disebut kacangan. Ini dibuktikan dengan kepiawaiannya bermain di berbagai jenis peran, dari drama hingga aksi. Dia pun akan kembali memerankan Captain America di sekuel solo performance-nya yang rumornya akan dirilis tahun 2014 kelak. Saya lebih menyukai akting aktor yang tak bisa dipisahkan dengan peran superhero yang diadaptasi dari komik ini ketika dia memerankan Captain America yang serius daripada peran kekanak-kanakan Johnny Storm di installment Fantastic Four. Adegan paling menarik adalah ketika Steve Rogers berseru ke Tony Stark ketika mereka bertengkar di laboratorium Bruce Banner, “Put on the suit. Let’s go a couple rounds.” And one more thing, I prefer the suit in Captain America: The First Avenger for Steve Rogers cause it looks more elegant. (Average performance: 9/10)

Mark Ruffalo sebenarnya bukanlah aktor pilihan utama untuk memerankan Dr. Bruce Banner. Edward Norton, yang merupakan sahabat Ruffalo, lah yang didaulat menjadi pemeran yang alter egonya monster berwarna hijau yang sangat besar, Hulk. Namun proses negosiasi dengan Norton menemui jalan buntu sehingga peran ini pun jatuh ke tangan Ruffalo yang lebih dikenal sebagai Hollywood swing man ini. Menurut saya, akting Ruffalo dan kelebihannya menhidupkan karakter Banner dan Hulk (Ruffalo memerankan Hulk secara langsung tidak seperti di dua film sebelumnya yang diperankan oleh aktor lain) jauh lebih baik daripada Eric Bana atau Norton sekalipun. Dan saya menyukai adegan ketika Hulk menaati perintah Captain America saat mereka melawan pasukan Chitauri. Ternyata Hulk lebih dari sekedar monster hijau yang tak terkontrol. “Smash em all, Hulk!” Saya jadi penasaran apa yang bisa membuat moster hijau raksasa ini mau mendengarkan dan melaksanaan perintah Captain America. Maybe Captain America is the only person Hulk will listen to. He’s alson a captain, right? Adegan ketika Hulk menyelamatkan Iron Man pun terasa sangat heroik karena saat itu tak ada yang mampun menyelematkan Manusia Besi tersebut. (Average performance: 9.5/10)

Chris Hemworth masih memerankan dewa petir, Thor. Dengan mythical hammer, Thor seolah menjadi orang—bisakah kita menyebut dia orang?—yang tak terkalahkan di The Avengers (kecuali jika dia berhadapan dengan Hulk). Apalagi kenyataan ini didukung oleh fakta bahwa ternyata Hulk pun tak bisa mengangkat palu Thor. Hemsworth pun harus menjalani latihan dan diet sangat ketat untuk memperoleh tubuh Thor. Tapi menurut saya peran Thor di The Avengers kurang menonjol walaupun dia berkali-kali berhadapan langsung dengan Loki, saudara tirinya, karena mungkin dia merasa bertanggungjawab dan bersalah atas ‘tersesat’-nya Loki ke Bumi. Seperti ada yang kurang dalam diri Hemsworth, sepertinya pesonanya hilang di antara jajaran pemain extravagant ini. Adegan yang lucu adalah ketika Hulk berbagi frame dengan Thor dan mereka berdiri berdampingan setelah menghajar musuh. Thor ditinju menjauh oleh Hulk karena mungkin dia tak mau berbagi frame dengan siapapun. (Average performance: 8/10)

Scarlett Johansson memerankan Natasha Romanoff/ Black Widow. Saya awalnya meragukan kemampuan Johansson dan mengira dia didaulat menjadi pemeran agen rahasia Rusia ini hanya karena dia sangat sexy dan hanya menjadi pemanis di antara anggota-anggota lain maskulin. Johansson pun awalnya ragu akan kemampuan Black Widow di antara superhero ikonik macam Iron Man, Captain America dan Thor. Namun Whedon berhasil meyakinkannya dan akhirnya Johansson bergabung. Secara keseluruhan, akting Johansson sangat ciamik. Dia berhasil mengimbangi aktor yang lain, dia sangat luar biasa. Namun sayangnya masa lalu Natasha Romanoff aka Black Widow tidak dimunculkan, walaupun sekilas. Mungkin nanti akan ada spin-off Black Widow. (Average performance: 8.5/10)

Kemampuan Jeremy Renner sebagai aktor semakin hari semakin baik terbukti dengan perannya sebagai Clint Barton/Hawkeye yang mempesona setelah sebelumnya pernah bersanding dengan Tom Cruise di MI:4 dan bermain di film The Hurt Locker yang mengantarkannya menjadi salah satu nominasi Best Actor di Academy Awards. Saya menyukai akting Renner di sini, dia berhasil membawa kemisteriusan Agent Barton dan menonjolkan karisma Hawkeye dengan sangat baik. Bow and trick arrows milik Haweye pun tak kalah menarik perhatian saya. Senjata yang lebih mematikan daripada palu milik Thor atau Hi-tech Bracelet and Belt milik Black Widow ini mempunyai akurasi yang sangat tinggi apalagi jika Haweye yang menggunakannya karena akurasinya bisa mencapai 99%. (Average performance: 9/10)

Tom Hiddleston sebagai Loki aka dewa saudara tiri Thor yang berniat memperbudak umat manusia dan menguasai dunia dengan bantuan pasukan Chitauri. Akting Hiddleston baik di sini tapi dia kurang sangar dalam memerankan musuh bersama The Avengers ini. Saya berharap banyak pada penjahat ini, saya berharap dia bisa melebihi The Joker dalam The Dark Knight atau musuh Batman yang akan datang, Bane, yang rumornya akan tampil dengan sangat amat kejam dalam The Dark Knight Rises yang akan rilis bulan Juli ini. Sebenarnya tak ada yang salah dengan skripnya, tentang bagaimana Loki membuat keonaran, tapi menurut saya Loki tidaklah sekuat Thor. Dia memang memiliki kekuatan super di tongkatnya. Dia berniat mencuri Tessaract dan menukarnya dengan pasukan tangguh Chitauri. Dia pun berhasil memanipulasi Hawkeye, dengan tongkatnya. Tanpa mereka—terutama tongkat—Loki bukanlah siapa-siapa. Saya agak kecewa dengan hal ini sebenarnya, karena setiap kali Loki berhadapan satu lawan satu dengan anggota The Avengers macam Hawkeye, Iron Man, Hulk atau bahkan Thor, Loki pasti kalah. Tapi entah kenapa—I don’t read the comics ‘cause I don’t know how to find them karena mungkin alasan semua praduga saya ada di komik The Avengers—Loki tidak mengeluarkan kemampuan ‘memecah’ dirinya ketika berhadapan dengan pasukan pahlawan super ini. Ataukah kemampuannya ini hanya bisa dilakukan jika dia memegang tongkat ajaibnya? (Average performance: 8.5/10)

Pencapaian The Avengers yang fantastik, karena berhasil meraih lebih dari 200 juta dolar di minggu pertama pemutarannya dan berhasil mengalahkan The Dark Knight, Spiderman, atau bahkan film paling alay The Twilight Saga, berhasil menaikkan pamor Marvel Comics yang akan bersaing dengan film superhero DC Comics yang akan rilis dua bulan lagi, Batman dalam sekuel terakhir versi Nolan, The Dark Knight Rises. Memang kompetitor terberat The Avengers akan datang pada bulan Juli ini ketika The Amazing Spider-man (yang walaupun berasal dari Marvel tetapi diproduksi oleh studio yang berbeda) dan The Dark Knight Rises rilis. Ketiga film ini akan bersaing di tangga box office. Mari kita lihat siapakah yang unggul di antara mereka, siapakah superhero yang berhasil mengungguli superhero lainnya: akankah pahlawan malam Gotham, Batman, atau manusia dengan sarang laba-laba, Spider-man, atau pasukan superhero Marvel, The Avengers.

Sebenarnya ada dua post-end credit di film The Avengers ini dan sayangnya saya hanya melihat yang pertama, ketika (mungkin) pemimpin Chitauri (yang sekilah wajahnya mirip dengan Nick Fury) memberi pernyataan bahwa jangan pernah mencari keonaran dengan manusia. Dan yang kedua adalah ketika semua anggota The Avengers menikmati shawarma dengan bisu di sebuah restoran.

Bagi yang belum menonton The Avengers, saya sarankan segeralah menonton. Film ini benar-benar recommended worth-watching movie before Summer comes.

Avengers Assemble!!


Story: 8/10
Cast: 9/10
Ending: 8/10
Average: 8.5/10