Pages

Subscribe:

Friday, July 27, 2012

The Dark Knight Rises (Review part 3)

When Gotham is ashes, you have my permission to die. 

SPOILERT!!
This review may contain SPOILER.

review part dua bisa dibaca di sini.

Ada beberapa adegan yang membuat saya menitikkan air mata. Pertama, ketika Alfred mengundurkan diri dari Wayne Manor. Alfred sesungguhnya hanya menginginkan yang terbaik bagi Bruce dan dia ingin agar Batman tak perlu kembali lagi karena Bruce seharusnya menjalani hidupnya sebagai laki-laki utuh yang menikah, hidup bahagia, dan mempunyai anak. Ketika Bruce mengucapkan ‘goodbye Alfred,’ saya sempat tak percaya. Bisa apa Bruce tanpa Alfred? Kemudian adegan ketika The Bat meledak dimana Batman yang (mungkin) masih berada di kokpitnya. Scene ini benar-benar heroik dan emosional. Dan puncaknya ketika Alfred menangis di makam Bruce Wayne. Alfred nampak sangat menyesal dan sedih sekali. Namun ketika adegan dimana Alfred bertemu Bruce di café ditampilkan, dalam hati saya bersorak kegirangan, masih ada kemungkinan Bruce masih hidup.


Lucius Fox: I call him The Bat and yes, Mr. Wayne, it does come in black. 
Bruce Wayne: Now you're just showing off. 

Ada yang menarik dari deretan cast di TDKR, terutama di trilogi Batman, yaitu, yang pertama, ada lima aktor yang secara berurutan tampil di semua film; Christian Bale (Bruce Wayne/Batman), Gary Oldman (James Gordon), Michael Caine (Alfred), Morgan Freeman (Lucius Fox), dan Cillian Murphy (Dr. Jonathan Crane) yang hanya muncul sebagai cameo di TDK dan TDKR. Kedua, sebagian besar cast di film Nolan sebelumnya, Inception, ‘dibawa’ ke set TDKR seperti Marion Cotillard (Miranda Tate), Tom Hardy (Bane), dan Joseph Gordon-Levitt (John Blake). Secara keseluruhan tak ada keraguan performa mereka yang akhirnya terbukti sangat baik, khususnya untuk Bale dan Caine yang bermain dengan sangat apik di babak pamungkas ini. Bale berhasil membawa karakter Bruce jauh lebih intens dan emosional. Saya salut terhadap performa Bale di TDKR lebih daripada dalam Batman Begins dan The Dark Knight walaupun bagi saya Bale adalah aktor terbaik yang pernah memerankan Batman. Bale pun mencatatkan dirinya sebagai satu-satunya aktor yang bermain sebagai Bruce Wayne/Batman di tiga film secara berurutan. Caine juga sukses memerankan Alfred yang lebih emosional dan bijak di TDKR. Wajah sedihnya saat menangis di makam Bruce sungguh meyakinkan. Karena rasa sayangnya yang teramat besar untuk Brucelah yang menjadikan Alfred begitu emosional. Selain para aktor-aktor ‘senior’ ini, TDKR juga didukung oleh Anne Hathaway (Selina Kyle/Catwoman), Juno Temple (Jen).

Tom Hardy memerankan sosok supervillain, Bane. Sebenarnya Bane dan the Joker, supervillain di The Dark Knight, adalah dua hal yang berbeda. Tidaklah bijak rasanya jika kita membandingkan the Joker dan Bane apalagi pemerannya alm. Heath Ledger dan Tom Hardy. Saya rasa mereka berdua telah berhasil memberikan warna yang berbeda terhadap dua supervillain ini dan membuatnya sulit untuk dilupakan begitu saja. Ledger berhasil membawa karakter psikopat cerdas, the Joker, ke level yang lebih mengerikan dari apa yang pernah diberikan Jack Nicholson dalam Batman (1989). Begitu pula dengan Hardy yang sukses memerankan Bane. Untuk peran Bane ini Hardy berhasil menaikkan berat badannya sebesar 15 kg dan berlatih sangat keras di Warrior. Mata ekspresif Hardy memudahkannya untuk menyampaikan emosi setiap dia berbicara karena masker yang dia pakai membuat suaranya tidak terdengar jelas. Ngomong-ngomong tentang masker Bane, di film ini akan diungkapkan mengapa dia harus menggunakan masker tersebut. Bagi saya, the Joker memang merupakan lawan yang besar dan sangat berbahaya bagi Batman secara psikologis namun Bane juga tak kalah berbahayanya karena Bane meneror Batman secara fisik dan mental.

Joseph Gordon-Levitt memerankan karakter John Blake, seorang police officer muda dengan sangat baik. Dia berhasil melepaskan peran innocent Tom Hanson dalam (500) Days of Summer. Di ending TDKR, Blake mengungkapkan nama aslinya, yaitu Robin John Blake, dan saya sempat berharap (lagi) akan sosok sidekick Batman ini walaupun semua penggemar Batman dan movie freaks tahu bahwa Robin adalah alter ego dari Dick Grayson (Robin I), Jason Todd (Robin II), Tim Drake (Robin III), atau Damian Wayne (Robin IV). Ditambah lagi dengan adegan ketika Blake mengundurkan diri dari kepolisian Gotham dan berhasil masuk ke Batcave membuat saya berharap (terlalu tinggi) bahwa Nolan akan kembali menukangi proyek solo Robin ini. Sebelumnya adegan ketika Officer John Blake mengetahui identitas asli Batman dan menuntut agar Batman segera kembali, saya mendapat kesan bahwa adegan ini kembali menekankan bahwa Batman hanyalah simbol dan semua orang bisa menjadi Batman. Ya, benar memang TDKR adalah proyek terakhir Nolan sebagai sutradara Batman dan peran Batman terakhir bagi Bale tapi itu tentu saja tidak menutup kemungkinan bahwa Nolan akan kembali sebagai sutradara film Robin. Yang berakhir itu Batman, bukan Robin. Who knows.

Anne Hathaway berhasil membawa karakter Catwoman sekaligus Selina Kyle dengan sangat baik melebihi ekspektasi pribadi saya. Awalnya saya sempat ragu akan kapasitas Hathaway. Dia berhasil memerankan sosok pencuri perhiasaan ini melebihi Michelle Pfeiffer dalam Batman Returns (1989) dan lepas dari bayang-bayang kegagalan Halle Berry dalam penampilan solo Catwoman. Jika boleh dibandingkan dengan Scarlett Johansson yang berperan sebagai Natasha Romanoff dalam The Avengers, saya lebih menyukai akting Hathaway. Dia berhasil melepas imej Princess Mia dalam installment Princess Diaries yang bodor dan sangat innocent. Walaupun imej seksi Catwoman seakan hilang dalam diri Hathaway, namun ini adalah Catwoman versi Nolan, Catwoman versi Gotham yang lebih modern.

Mungkin memang benar pendapat yang mengatakan bahwa Marion Cotillard adalah aktris spesial peran abu-abu. Perannya sebagai Mal dalam Inception dan Miranda Tate dalam TDKR membuktikan segalanya. Saking inginnya Nolan menggunakan jasa Cotillard, dia sampai rela menunggu sang aktris melahirkan. Itulah mengapa di beberapa scene perut Cotillard sedikit membesar. Cotillard, ditunjang dengan wajahnya yang innocent tapi mematikan, cukup berhasil dalam memerankan Tate.

Hal terakhir yang perlu saya tekankan untuk The Dark Knight Rises adalah bahwa film ini layak menerima setidaknya tiga nominasi Oscar, terutama untuk Best Director dan Best Picture. TDKR layak menerima penghargaan ini karena inilah film terkomplit tahun ini. Saya juga sangat merekomendasikan film ini untuk semua orang yang mengaku menyukai film bergenre superhero, yang mempunyai hobi menonton film, dan yang rindu akan film berkualitas karena film ini sangat worthy.

Saya tidak perlu mengungkapkan pendapat saya mengenai mana sekuel yang paling bagus antara TDK dan TDKR. TDK bagus di sisi chaos yang diciptakan the Joker dan tantangan psikologis yang harus dihadapi Batman sedangkan TDKR berkutat akan mental dan fisik Batman yang sudah usang dan tidak sanggup bertarung lagi, apalagi dengan adanya Bane yang super berbahaya. Bagi saya TDK adalah sekuel yang gelap yang mampu menggetarkan hati akan rusaknya moral Gotham walaupun fokus film ini lebih menjurus ke the Joker. TDKR merupakan epic conclusion yang memuaskan dan tertata dengan sangat apik. Trilogi Batman ini termasuk ke dalam trilogi tersukses sepanjang masa dan berhasil ‘menghindari’ kutukan installment ketiga di Hollywood.

Satu hal yang saya sesali ketika selesai menonton film ini adalah seharusnya saya melakukan standing ovation untuk film ini. Namun karena tak ada satupun orang di teater yang melakukan hal tersebut, saya terpaksa mengurungkan niat saya. Mungkin setelah saya berhasil mendapatkan home video-nya, saya akan maraton trilogi Batman ini dan melakukan standing ovation sesuka hati. Salut untuk Christopher Nolan, salut untuk trilogi Batman-nya. Untuk itulah saya memberi nilai 9.8/10 untuk film ini. Well, tidak ada film yang sempurna begitu pula dengan TDKR ini. Saya rasa nilai 9.8 sudah cukup mewakili bagaimana interpretasi saya terhadap film ini. 

Thursday, July 26, 2012

The Dark Knight Rises (Review part 2)

Where is Batman? Why he doesn’t come back?

SPOILERT!!
This review may contain SPOILER.

Review part pertama bisa dibaca di sini.

Seperti halnya film adaptasi pada umumnya, pastinya TDKR mempunyai referensi tersendiri yang dijadikan acuan dalam versi live-action-nya. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa semua proyek yang ditangani Nolan akan selalu dirahasiakan dan tidak bisa diketahui publik sampai film itu bisa disaksikan di teater. Namun walaupun begitu, Nolan memberikan sedikit bocoran mengenai plot garis besar TDKR yang diadaptasi dari 3 komik Batman; The Dark Knight Returns (1986), Knightfall (1993), dan No Man’s Land (1999). The Dark Knight Returns mengisahkan kembalinya Batman ke Gotham setelah sepuluh tahun menghilang dan kejahatan semakin merajalela di Gotham. Bedanya dengan TDKR adalah di TDKR Batman kembali ke Gotham setelah delapan tahun menghilang dan Gotham digambarkan aman dan damai dibawah komando Komisioner Gordon. Absennya Batman dikarenakan kematian orang terdekat; Harvey Dent dan Rachel Dawes di TDKR sedangkan Robin (Jason Todd) di The Dark Knight Returns. Knightfall mengisahkan hadirnya sosok teroris berbahaya, Bane, yang berniat menguasai Gotham. Bane juga mengetahui sosok di balik topeng Batman sehingga dia menyerbu Batcave. Bedanya dengan TDKR, Bane tidak menyerbu Batcave melainkan menyerbu ke gudang peralatan dan gadget canggih Batman dan mencuri Batmobiles. Cover ikonik Knightfall yang menggambarkan Bane mematahkan punggung Batman juga tergambar dengan baik di TDKR dan adegan itu merupakan salah satu adegan yang membuat saya tercengang. Sedangkan No Man’s Land menggambarkan kondisi Gotham yang terisolasi dari dunia luar karena semua akses keluar-masuk Gotham dihancurkan oleh Bane.

Film ini dibuka dengan alur yang lambat namun pasti. Adegan upacara peringatan kematian Harvey Dent sang Jaksa Wilayah sampai aksi Bane membelah pesawat yang sedang mengudara membuat penonton, termasuk saya, terkesima. Mungkin bagi sebagian penonton awam berpikir mengapa Batman yang ditunggu belum muncul-muncul juga. Namun ketika adegan kejar-kejaran di terowongan dan ketika lampu-lampu mati, kehadiran Batman dengan batpod untuk pertama kalinya sejak delapan tahun absen menjadi kegembiraan tersendiri, khususnya bagi saya. Seolah-olah saya ingin tepuk tangan sekeras-kerasnya.

TDKR didukung pula oleh beberapa tokoh baru di antaranya Bane, Miranda Tate, Selina Kyle/Catwoman, dan John Blake. Bane adalah teroris berbahaya yang mengancam ketenangan kota Gotham. Tate adalah salah satu pengusaha dan eksekutif di Wayne Enterprises yang akhirnya diberi kepercayaan oleh Bruce untuk menyelamatkan perusahaannya dari kebangkrutan. Selina Kyle yang mempunyai alter ego Catwoman adalah pencuri permata ulung yang memiliki masa lalu yang kelam dan ingin lepas dari masa lalunya serta merupakan tandem Batman dalam memberantas Bane. Sedangkan John Blake adalah seorang detektif polisi yang memiliki naluri kuat untuk selalu menjunjung tinggi keadilan, sama seperti Batman. Awalnya saya sempat menduga bahwa Blake akan menggantikan posisi Wayne sebagai Batman namun ternyata Nolan memberikan ending yang mengejutkan untuk semua karakter ini dan sungguh di luar dugaan saya pribadi. Menurut saya, karakter John Blakelah yang paling menarik. Dia paling mungkin mempunyai debut solo film namun saya agak pesimis jika Nolan bersedia untuk kembali ke Gotham dan membuat cerita ini. Nama asli Blake yang sengaja disembunyikan menjadi tanda tanya tersendiri. Apa sebenarnya rencana Nolan untuk Blake?

Ada beberapa twist khas Nolan yang membuat saya begitu tidak inginnya melakukan sesuatu yang akan saya sesali nanti, termasuk ke toilet dan menguap, walaupun film ini sangat panjang (165 menit) untuk ukuran film superhero. Saya bahkan belum ingin meninggalkan kursi saya setelah credit title muncul karena ending film ini seolah-olah akan memunculkan harapan akan munculnya cerita baru (untuk Blake) yang tentu saja bukan dalam bentuk post end credit karena DC Comics tidak memiliki kebiasaan untuk menampilkan adegan di penghujung credit seperti yang dilakukan Marvel. Mengenai twist ini, saya akan menganalisasis dan berbagi opini saya karena twist ini sangat terbuka untuk memunculkan opini baru.

Saya sangat terkejut ketika mengetahui bahwa Miranda Tate adalah Talia Al Ghul, anak perempuan Ra’s Al Ghul, supervillain di Batman Begins. Tate terlihat sangat baik dan malah berniat membantu Wayne Enterprises yang hampir bangkrut. Namun ketika Batman mengejar Bane dan meminta detonator bom nuklir yang terletak di sebuah truk yang selalu dipindahkan ke satu tempat ke tempat lainnya, detonator itu ternyata ada di tangan Tate. Detonator itu tak akan dipercayakan Bane ke sembarang tangan dan betapa terkejutnya Batman ketika mengetahui jati diri Tate yang asli.

Setiap ending dalam film-film Nolan rasanya selalu dibuat menggantung (contoh paling dekat adalah Inception (2010), begitu pun dengan ending TDKR. Di saat tak ada satupun yang bisa menghentikan bom nuklir, Batman menawarkan diri untuk membawa pergi bom tersebut sekaligus menyelamatkan Gotham dari kehancuran. Dengan mengendarai The Bat yang tak mempunyai sistem pilot otomatis, Batman terbang menjauhi Gotham. Di kejauhan, tepatnya di dekat laut Gotham, bom nuklir itu pun meledak. Saya sangat terkejut akan akhir yang tak terduga ini. Namun yang janggal di sini adalah akhir kisah ini sebelum credit title muncul dimana Alfred sedang berada di sebuah café di suatu tempat, sosok Bruce Wayne terlihat tak jauh darinya bersama sang istri (sepertinya Selina Kyle nampak dari belakang) dan anak-anak. Wayne tersenyum dan mengangguk pada Alfred.

Ada banyak teori mengenai hal tersebut di atas dan saya percaya dengan opini yang mengatakan bahwa Batman memang sudah berakhir namun tidak dengan Bruce Wayne. Bruce yang dilihat Alfred di sebuah café itu adalah Bruce yang asli. Bruce dan Selina menggunakan semacam chip untuk menghapus semua catatan apapun mengenai diri mereka yang lama sebagai Bruce Wayne dan Selina Kyle dan memulai hidup baru sebagai orang yang baru di tempat yang baru pula. Teori ini terdengar paling masuk akal karena ada beberapa fakta yang mendukung. Pertama, tagline TDKR adalah ‘The Legend Ends’ dan tentu saja yang dimaksud legend adalah Batman bukan Bruce Wayne karena hanya segelintir orang, termasuk Bane, Blake, Gordon, yang mengetahui identitas Batman. Kedua, sebagai pahlawan yang hanya manusia biasa yang dikaruniai sesuatu yang istimewa, Bruce Wayne/Batman digambarkan memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata. Selain itu Batman juga memiliki beberapa keahlian, salah satunya adalah escapology. Saya berasumsi bahwa sebelum bom meledak, Batman sudah berhasil keluar dari The Bat. Namun walaupun begitu tidak menutup kemungkinan bahwa Batman dan Bruce Wayne tewas dan Bruce yang dilihat Alfred hanya khalayan belaka. Namun saya lebih condong ke teori pertama karena menurut saya Alfred hanya pernah sekali bertemu dengan Selina dan saat Alfred bertemu dengan Bruce di café, Selina nampak membelakanginya. Tidak seperti bayangan dalam benak Alfred sebelumnya dimana Brucelah yang membelakangi Alfred.

Film The Dark Knight Rises adalah satu-satunya film bergenre superhero yang sukses mengaduk-aduk perasaan dan emosi saya pribadi. Film ini berhasil menyentuh hati saya sehingga saya menitikkan air mata. Saya termasuk orang yang tak pernah menangis untuk sebuah film, apalagi film superhero, namun TDKR bagi saya lebih dari sekedar film. TDKR adalah bagian dari hidup saya dan banyak movie freaks di seluruh dunia. Film ini lebih dari sekedar trilogi Batman. 


Review part ketiga bisa dibaca di sini.

The Dark Knight Rises (Review part 1)

When Gotham city is about to fall, who will be there to save you?


SPOILERT!!
This review may contain SPOILER.


Tulisan ini adalah kumpulan opini sekaligus review mengenai franchise Batman karya Christopher Nolan dan berbagai adegan atau twists yang menimbulkan banyaknya teori serta opini yang beragam, tergantung siapa yang menontonnya dan bagaimana dia menginterpretasikannya. Saya menghargai semua opini ini secara terbuka. Saya hanya ingin berbagi opini-opini saya mengenai salah satu film terbaik 2012, The Dark Knight Rises.

Seharusnya tulisan ini sudah saya post maksimal sehari setelah film ini dirilis (21/7) namun karena saya merasa bahwa review babak pamungkas trilogi Batman ala Nolan harus sedashyat versi live-action-nya, maka saya memutuskan untuk menggali lebih banyak informasi dari berbagai sumber terpercaya baik resmi maupun tak resmi untuk mengumpulkan materi yang saya rasa penting untuk menunjang review ini. Review ini juga tergolong panjang untuk kategori review seperti biasanya, oleh karena itu saya sengaja membaginya ke dalam tiga laman.

The Dark Knight Rises atau TDKR adalah film yang paling saya tunggu-tunggu tahun ini. Memang benar, tahun ini adalah tahunnya live-action superhero movies bertarung di musim panas. Dimulai dengan rilisnya The Avengers di permulaan musim panas, The Amazing Spider-Man yang rilis hanya beberapa hari sebelum babak pamungkas trilogi Batman versi Christopher Nolan, The Dark Knight Rises, rilis. Memang benar kata orang, tahun 2012 termasuk salah satu tahun terbaik dengan banyak suguhan film kelas wahid. Dan setelah menunggu selama kurang lebih 4 tahun, penantian panjang ini tak berujung pada kekecewaan karena Nolan berhasil menyuguhkan aksi The Caped Crusader untuk terakhir kalinya dengan luar biasa menakjubkan.

TDKR mengambil setting waktu delapan tahun sejak The Dark Knight yang membuat film ini dinilai cukup berani untuk mengambil resiko sedemikian besar untuk sebuah sekuel kedua dalam segi setting cerita. Delapan tahun yang panjang bagi Batman yang tak pernah muncul lagi di kota Gotham karena Gotham berhasil menjadi kota yang damai dan tentram sejak dia menghilang berkat tangan dingin Komisioner Gordon. Namun siapa sangka ancaman malah datang dari teroris berbahaya macam Bane yang siap untuk menghancurkan Gotham untuk melanjutkan misi Ra’s Al Ghul yang gagal di Batman Begins. Akankah Batman kembali? Bisakah Batman menyelamatkan Gotham kembali?

Christopher Nolan menjadi sineas pertama yang menukangi trilogi film Batman dan sineas kedua yang menukangi film genre superhero setelah Sam Raimi dengan Spider-Man-nya. Nolan berhasil menyuguhkan kembali kisah yang diramunya dengan super lengkap dan pendalaman karakter yang komplit. Dia berhasil membuat adaptasi komik superhero menjadi film yang sarat dengan emosi, drama, dan action serta relevan dengan kehidupan nyata dan segala permasalahan yang ada seperti ketimpangan sosial, kejahatan, dan korupsi sehingga kita bisa merasakan bahwa Batman hidup di sekitar kita. Nolan seperti petir yang menggelegar di langit kerajaan Marvel, yang mengancam kedigdayaan The Avengers dengan pendapatannya yang luar biasa. Namun saya memprediksi, TDKR mampu mengalahkan pencapaian luar biasa The Avengers karena secara kualitas TDKR berada jauh di atas kumpulan pahlawan super milik Marvel itu. Akan sangat mengejutkan jika The Avengers bisa mengalahkan TDKR di Box Office walaupun patokan bagus tidaknya sebuah film bukanlah berasal dari pencapaiannya di Box Office.

Every great story deserves a great ending” – Christopher Nolan

Sejak The Dark Knight (2008), saya sangat menantikan kelanjutan ­live-action sang Ksatria Malam. Terhitung sejak sekitar tiga tahun yang lalu, ketika Nolan setuju untuk membuat sekuel lanjutan, saya termasuk salah satu yang bersorak dan berharap banyak terhadap proyek TDKR ini. Apalagi ketika Marvel merilis The Avengers. Tapi saya percaya kepada Nolan. Saya percaya dia bisa membuat film yang lebih extraordinary dari The Dark Knight. I believe in Nolan. Dan penantian saya dan banyak movie freaks di seluruh dunia tidak berujung pada kekecewaan karena TDKR melampaui ekspektasi pribadi saya akan akhir kisah sang Ksatria Malam.

Sama dengan pendekatan yang dilakukan Nolan terhadap dua pendahulu TDKR, ramuan itu masih digunakan di TDKR hanya saja fokus kisahnya sekarang berada di sosok Bruce Wayne/Batman karena di installment kedua, sosok the Jokerlah yang lebih dominan. Pendekatan yang lebih realistis dan humanis terhadap trilogi ini membuat Batman begitu manusiawi dan mudah diterima oleh masyarakat modern. Dan hal itu membuat saya berpikir bahwa kita membutuhkan orang seperti Batman yang rela mengotori tangannya sendiri untuk memberantas kejahatan dan menegakkan keadilan. Hal inilah salah satu poin yang membuat TDKR lebih unggul daripada The Avengers, yang tampak seperti dongeng pengantar tidur anak-anak. Saya menilai battle di film The Avengers terlihat seperti dilebih-lebihkan dan terasa ada yang kurang. Benar saya setuju pada tanggapan yang mengatakan bahwa dunia film sangat berbeda dengan dunia nyata namun ketika mendapati ada film yang sedemikian nyatanya (khususnya film superhero) membuat saya berpikir bahwa film ini memang pantas disebut epic. Dan dengan didukung score dari Hans Zimmer, saat-saat menegangkan sekaligus menyedihkan di The Dark Knight Rises dapat tergambar dengan sangat baik.

The Dark Knight Rises masuk ke dalam jajaran trilogi yang sukses dan konsisten di samping trilogi Lord of The Rings dan The Godfather. Sangat jarang ada trilogi yang bisa menjaga konsistensinya dan tampil stabil, sebagai contoh trilogi Spider-Man milik Sam Raimi yang bagus di awal, luar biasa di sekuel pertama namun antiklimaks di babak terakhir. The Dark Knight Rises mampu menjawab segala keraguan. Saya rasa inilah film terbaik 2012 walaupun masih terlalu dini untuk mengatakan demikian karena masih ada Skyfall dan The Hobbit. Namun karena TDKR dibuat dengan begitu baik dengan jalan cerita yang sangat realistis dan humanis, tak salah jika banyak movie freaks yang mempunyai pikiran yang sama dengan saya bahwa Akademi akan mengganjar film ini minimal dengan gelar Best Picture dan/atau Best Director.

Mulanya saya sempat ketar-ketir akan ekspektasi saya terhadap TDKR. Dengan keperkasaan Marvel The Avengers dengan perolehannya yang mencapai $1 milyar lebih di seluruh dunia membuat saya sangat berharap TDKR mampu mengalahkan The Avengers. Ekspektasi ini tidak berlebihan, mengingat kualitas TDKR ternyata jauh di atas pendahulunya, Batman Begins (2005) dan The Dark Knight, atau bahkan setengah lusin superhero Marvel. TDKR sangat kuat di aspek cerita, akting para pemerannya yang luar biasa, twists, efek, dan juga ending-nya yang mengejutkan. Jika boleh dibandingkan antara Nolan dan Tim Burton, sutradara Batman (1989) dan Batman Returns (1992), Nolan lebih unggul tipis dari sutradara nyentrik itu karena film Batman besutannya berhasil mematok standar minimal bagaimana film superhero seharusnya dibuat, khususnya untuk khalayak masyarakat modern. Batman versi Burton tidaklah jelek hanya saja film tersebut lebih cocok untuk masyarakat pada waktu itu saja. Dan oleh karena itulah, Burton memuji Nolan atas kerja kerasnya selama ini dan tak menyangka bahwa ternyata Batman bisa dibawa ke arah yang lebih gelap lagi.

The Dark Knight Rises berhasil mengumpulkan $160.89 million di bioskop Amerika dan $88 million overseas dan menjadikannya film ketiga yang berhasil mendapat the biggest opening sepanjang masa di bawah The Avengers dan Harry Potter and The Deathly Hallows Part 2. TDKR juga berhasil mencetak rekor baru sebagai film non-3D pertama yang berhasil memperoleh pendapatan sebesar itu di tiga hari pertama penayangannya. Ngomong-ngomong mengenai 3D, keputusan Nolan untuk tidak menggunakan kamera 3D untuk semua film-filmnya sangat tepat. Sebagai gantinya, Nolan lebih memperbanyak menggunakan kamera IMAX untuk TDKR. Saya tidak begitu menyukai teknologi 3D karena saat menonton film, terutama di bioskop, hal paling penting dan satu-satunya yang penting bagi saya adalah bagaimana jalan ceritanya berjalan, akting para pemainnya. Saya menonton film bukan hanya sekedar untuk bersenang-senang. Saya justru penasaran dengan teknologi IMAX dan bagaimana film ini berlangsung ketika diputar di teater IMAX. Saya berharap Bandung segera meluncurkan teater IMAX dalam waktu dekat sehingga saya tak perlu jauh-jauh ke Jakarta hanya untuk teater IMAX. 


Please, baca review bagian kedua di sini

Friday, July 20, 2012

The Dark Knight Rises : Such a Goddamn Awesome Epic Conclusion for Batman Trilogy


A story review from a Batman fan and movie freak (Spoiler Alert)


I had been waiting for this movie for about two years and it’s worth it. I got the ticket and was one of the lucky ones to see The Dark Knight Rises on the day it officially releases worldwide! I cannot resist myself to be patient and wait any longer for the movie. And it’s proved when I left the cinema, my smile broadened in my lips and it was totally wider than after I came out after seeing The Avengers. A half dozen of Marvel superheroes was beaten by a single DC Comics superhero! I think Marvel should ask Christopher Nolan for a cup of coffee and talk about how he can make a superb superhero movie and bring it to higher, more realistic level. Marvel should learn something from Nolan, I guess.

Sadly, this is the final Batman film where Nolan sits as a director and Christian Bale portrays Batman/Bruce Wayne. But in my personal opinion, they are the best team ever (with the rest of the casts and crews of Batman Trilogy) that succeeded in making a whole new realistic superhero movies without leaving the heroic parts. Bale is the best actor to play Batman and we do agree that Nolan is going to be one of Hollywood best directors. He should get an Oscar for that, surely.

The Dark Knight Rises is released worldwide on July 20 (today) and I thought I wouldn’t have got the premiere ticket. I was pretty desperate that moment until I went to Cihampelas Walk and decided to go upstairs and asked if there was a ticket for me. And Thank God, there was! How excited I was. And I was one of the lucky ones (again) who got the most early play! I know, I know, I was lucky and I am so grateful.

Surprisingly, this movie took the events of 8 years after The Dark Knight when Bruce Wayne is too old to fight on the streets in bare hands. Gotham city is in a state of peace and it seems no one needs Batman anymore. So Batman has vanished for 8 years and Bruce Wayne locks himself alone in Wayne Manor. Well, but that is before Bane starts terrors in the city.

This movie begins when Commisionner Gordon makes a speech for the commemoration of Harvey Dent who was killed 8 years ago. Gordon plans to reveal the conspiracy of Dent’s death and his whole act but he decides that the city is not ready for that. Gotham still blames Batman for Dent’s death and he takes the blame with a thought: you either die a hero or live longer and see yourself become a villain (The Dark Knight). Dent deserved to die as a hero. 

I guess there is no other movies telling about retired superheroes who rises as brilliant as Nolan just did in The Dark Knight Rises. He is truly genious! He brought superhero movies to higher level just like what he did in Batman Begins, The Dark Knight, and he did that again continuously in this movie. I guess this movie deserves to get at least 3 Academy Awards nominations and obtain at least two of them. This movie covers up what The Avengers cannot achieve in their movie. Yes, indeed, The Dark Knight Rises is too dark and emotional but it’s still realistic. The movie is also too long (2hr 45 minutes) but I think it’s worth the story. Every scene was surely edited and maybe it’s wise to tell a conclusion in almost 3 hours. The Dark Knight Rises is an epic conclusion for Batman Trilogy by Nolan. It is a goddamn remarkable ‘death’ of Batman. I guess whoever sees this movie, they will always remember that heroes should have been like Nolan’s Batman.

There are lots of twists and I was brought to guess who runs the chaos in Gotham as I’m not sure that Bane himself does that. It reveals in the ending when Miranda Tate, Wayne Enterprises’ executive, is Talia al Ghul, Ra’s al Ghul’s daughter though before the movie releases, Cotillard stated that she didn’t portray Talia al Ghul. I was also surprised of the scene when Alfred leaves Wayne. He has to survive alone in this terror: how can he? The terrorist, super villain Bane is triple horrifying and threathening than The Joker. He’s too strong for Batman alone. But gratefully he’s got a ‘friend’, Catwoman. Yeah, it’s time that Batman got a sidekick, right?

What makes The Dark Knight Rises so remarkable is the whole story idea, especially the ending. I never thought that Batman would sacrifice his life for the people of Gotham. I never thought that Batman will die heroically, carrying away the time bomb out of Gotham. I admit I had tears in eyes when Batman dies but Batman is a master of escapologist and I just realized it in the end of the movie when Alfred is enjoying himself in an open space somewhere and sees Bruce Wayne with a wife (Selina Kyle) and kids and he nods to him. I was assured that Batman broke out of The Bat. Such an awesome conclusion for Batman Trilogy and unforgetable ‘death’ for Batman himself.

The casts are amazing, too! Christian Bale succeeds in portraying Batman/Bruce Wayne for the third time. If Bob Kane was still alive now, I’m sure he would praise him and call him the best actor ever to play Batman. Tom Hardy portrays Bane and he’s got the spotlight. He’s so cool and brings the character as the terrorist destroying Gotham as League of Shadows commanded years ago. Bane looks more terrifying than the other Bane in Batman & Robin that looks too silly and stupid. Joseph Gordon-Levitt is great, too. His character, John Blake, is so brave. I guess he will be Batman replacing Bruce Wayne or at least be his sidekick as Robin because in the ending, it’s revealed that his name is Robin John Blake. Robin, the boy wonder? I don’t have any idea what Nolan thought about this character as Blake achieves to find The Bat cave. Unfortunately Nolan will not be coming back as director for next Batman movies. Or perhaps he will change his mind later. Anne Hathaway is a brilliant choice to portray Selina Kyle/Catwoman. She plays damn well and I just figure out that she can actually play in a serious movie. For the rest of the casts, I think, have succeeded to make this movie tremendous.

I give The Dark Knight Rises 9/10 not because I am a bat and Nolan fan but because this movie does deserve it. Yet its dark element and serious storyline, I think, The Dark Knight Rises should beat The Avengers in Box Office this year. You decide, my friend, calculate and decide for yourself whether The Dark Knight Rises deserves to be the best superhero movie this year or even ever! The Avengers is nothing if it stands beside The Dark Knight Rises. The Avengers seems to be a bedtime story after The Dark Knight Rises releases! I’m not talking bullshits, if the rating of The Dark Knight Rises in IMdB and Rotten Tomatoes lower than The Avengers, film critics should learn something from Nolan because he’s badass. Don’t just criticize, dare yourself to make a good movie.

I hope I can meet Nolan personally and discuss how to write a good screenplay. He wrote The Dark Knight Rises screenplay alongside his brother, Jonathan and he’s a master to twist a story.

Story 9.5/10
Cast 9/10
Ending 9/10
Overall 9/10

About The Dark Knight Rises:

Cast: Christian Bale, Michael Caine, Gary Oldman, Anne Hathaway, Tom Hardy, Marion Cotillard, Joseph Gordon-Levitt, Morgan Freeman.

Director: Christopher Nolan

Screenplay: Christopher Nolan and Jonathan Nolan

Story: David S. Goyer and Christopher Nolan (based on characters by Bob Kane)

Distributors: Warner Bros. Pictures

Budgets: $250 million