SPOILERT!!
This review may contain SPOILER.
Tulisan ini adalah kumpulan opini sekaligus review mengenai franchise Batman karya Christopher Nolan dan berbagai adegan atau twists yang menimbulkan banyaknya teori serta opini yang beragam, tergantung siapa yang menontonnya dan bagaimana dia menginterpretasikannya. Saya menghargai semua opini ini secara terbuka. Saya hanya ingin berbagi opini-opini saya mengenai salah satu film terbaik 2012, The Dark Knight Rises.
Seharusnya
tulisan ini sudah saya post maksimal sehari setelah film ini dirilis
(21/7) namun karena saya merasa bahwa review babak pamungkas trilogi Batman ala
Nolan harus sedashyat versi live-action-nya, maka saya memutuskan untuk menggali
lebih banyak informasi dari berbagai sumber terpercaya baik resmi maupun tak
resmi untuk mengumpulkan materi yang saya rasa penting untuk menunjang review
ini. Review ini juga tergolong panjang untuk kategori review seperti biasanya,
oleh karena itu saya sengaja membaginya ke dalam tiga laman.
The Dark
Knight Rises atau TDKR adalah film yang paling saya tunggu-tunggu tahun ini. Memang benar,
tahun ini adalah tahunnya live-action superhero movies bertarung di
musim panas. Dimulai dengan rilisnya The Avengers di permulaan musim
panas, The Amazing Spider-Man yang rilis hanya beberapa hari sebelum
babak pamungkas trilogi Batman versi Christopher Nolan, The Dark Knight
Rises, rilis. Memang benar kata orang, tahun 2012 termasuk salah satu tahun
terbaik dengan banyak suguhan film kelas wahid. Dan setelah menunggu selama
kurang lebih 4 tahun, penantian panjang ini tak berujung pada kekecewaan karena
Nolan berhasil menyuguhkan aksi The Caped Crusader untuk terakhir kalinya
dengan luar biasa menakjubkan.
TDKR
mengambil setting waktu delapan tahun sejak The Dark Knight yang
membuat film ini dinilai cukup berani untuk mengambil resiko sedemikian besar
untuk sebuah sekuel kedua dalam segi setting cerita. Delapan tahun yang
panjang bagi Batman yang tak pernah muncul lagi di kota Gotham karena Gotham
berhasil menjadi kota yang damai dan tentram sejak dia menghilang berkat tangan
dingin Komisioner Gordon. Namun siapa sangka ancaman malah datang dari teroris
berbahaya macam Bane yang siap untuk menghancurkan Gotham untuk melanjutkan
misi Ra’s Al Ghul yang gagal di Batman Begins. Akankah Batman kembali? Bisakah
Batman menyelamatkan Gotham kembali?
Christopher
Nolan menjadi sineas pertama yang menukangi trilogi film Batman dan sineas
kedua yang menukangi film genre superhero setelah Sam Raimi dengan
Spider-Man-nya. Nolan berhasil menyuguhkan kembali kisah yang diramunya dengan super
lengkap dan pendalaman karakter yang komplit. Dia berhasil membuat adaptasi
komik superhero menjadi film yang sarat dengan emosi, drama, dan action serta
relevan dengan kehidupan nyata dan segala permasalahan yang ada seperti
ketimpangan sosial, kejahatan, dan korupsi sehingga kita bisa merasakan bahwa Batman
hidup di sekitar kita. Nolan seperti petir yang menggelegar di langit kerajaan
Marvel, yang mengancam kedigdayaan The Avengers dengan pendapatannya
yang luar biasa. Namun saya memprediksi, TDKR mampu mengalahkan pencapaian luar
biasa The Avengers karena secara kualitas TDKR berada jauh di atas
kumpulan pahlawan super milik Marvel itu. Akan sangat mengejutkan jika The
Avengers bisa mengalahkan TDKR di Box Office walaupun patokan bagus
tidaknya sebuah film bukanlah berasal dari pencapaiannya di Box Office.
“Every
great story deserves a great ending” – Christopher Nolan
Sejak The
Dark Knight (2008), saya sangat menantikan kelanjutan live-action sang
Ksatria Malam. Terhitung sejak sekitar tiga tahun yang lalu, ketika Nolan
setuju untuk membuat sekuel lanjutan, saya termasuk salah satu yang bersorak
dan berharap banyak terhadap proyek TDKR ini. Apalagi ketika Marvel merilis The
Avengers. Tapi saya percaya kepada Nolan. Saya percaya dia bisa membuat
film yang lebih extraordinary dari The Dark Knight. I believe
in Nolan. Dan penantian saya dan banyak movie freaks di seluruh
dunia tidak berujung pada kekecewaan karena TDKR melampaui ekspektasi pribadi
saya akan akhir kisah sang Ksatria Malam.
Sama dengan
pendekatan yang dilakukan Nolan terhadap dua pendahulu TDKR, ramuan itu masih
digunakan di TDKR hanya saja fokus kisahnya sekarang berada di sosok Bruce
Wayne/Batman karena di installment kedua, sosok the Jokerlah yang lebih
dominan. Pendekatan yang lebih realistis dan humanis terhadap trilogi ini
membuat Batman begitu manusiawi dan mudah diterima oleh masyarakat modern. Dan
hal itu membuat saya berpikir bahwa kita membutuhkan orang seperti Batman yang
rela mengotori tangannya sendiri untuk memberantas kejahatan dan menegakkan
keadilan. Hal inilah salah satu poin yang membuat TDKR lebih unggul daripada The
Avengers, yang tampak seperti dongeng pengantar tidur anak-anak. Saya
menilai battle di film The Avengers terlihat seperti
dilebih-lebihkan dan terasa ada yang kurang. Benar saya setuju pada tanggapan
yang mengatakan bahwa dunia film sangat berbeda dengan dunia nyata namun ketika
mendapati ada film yang sedemikian nyatanya (khususnya film superhero) membuat
saya berpikir bahwa film ini memang pantas disebut epic. Dan dengan
didukung score dari Hans Zimmer, saat-saat menegangkan sekaligus
menyedihkan di The Dark Knight Rises dapat tergambar dengan sangat baik.
The Dark
Knight Rises masuk ke dalam jajaran trilogi yang sukses dan konsisten di samping
trilogi Lord of The Rings dan The Godfather. Sangat jarang ada
trilogi yang bisa menjaga konsistensinya dan tampil stabil, sebagai contoh trilogi
Spider-Man milik Sam Raimi yang bagus di awal, luar biasa di sekuel pertama
namun antiklimaks di babak terakhir. The Dark Knight Rises mampu
menjawab segala keraguan. Saya rasa inilah film terbaik 2012 walaupun masih
terlalu dini untuk mengatakan demikian karena masih ada Skyfall dan The
Hobbit. Namun karena TDKR dibuat dengan begitu baik dengan jalan cerita
yang sangat realistis dan humanis, tak salah jika banyak movie freaks yang
mempunyai pikiran yang sama dengan saya bahwa Akademi akan mengganjar film ini minimal
dengan gelar Best Picture dan/atau Best Director.
Mulanya
saya sempat ketar-ketir akan ekspektasi saya terhadap TDKR. Dengan keperkasaan
Marvel The Avengers dengan perolehannya yang mencapai $1 milyar lebih di
seluruh dunia membuat saya sangat berharap TDKR mampu mengalahkan The
Avengers. Ekspektasi ini tidak berlebihan, mengingat kualitas TDKR ternyata
jauh di atas pendahulunya, Batman Begins (2005) dan The Dark Knight,
atau bahkan setengah lusin superhero Marvel. TDKR sangat kuat di aspek cerita,
akting para pemerannya yang luar biasa, twists, efek, dan juga ending-nya
yang mengejutkan. Jika boleh dibandingkan antara Nolan dan Tim Burton,
sutradara Batman (1989) dan Batman Returns (1992), Nolan lebih
unggul tipis dari sutradara nyentrik itu karena film Batman besutannya berhasil
mematok standar minimal bagaimana film superhero seharusnya dibuat, khususnya
untuk khalayak masyarakat modern. Batman versi Burton tidaklah jelek hanya saja
film tersebut lebih cocok untuk masyarakat pada waktu itu saja. Dan oleh karena
itulah, Burton memuji Nolan atas kerja kerasnya selama ini dan tak menyangka bahwa
ternyata Batman bisa dibawa ke arah yang lebih gelap lagi.
The Dark
Knight Rises berhasil mengumpulkan $160.89 million di bioskop Amerika dan $88 million
overseas dan menjadikannya film ketiga yang berhasil mendapat the
biggest opening sepanjang masa di bawah The Avengers dan Harry
Potter and The Deathly Hallows Part 2. TDKR juga berhasil mencetak rekor
baru sebagai film non-3D pertama yang berhasil memperoleh pendapatan sebesar
itu di tiga hari pertama penayangannya. Ngomong-ngomong mengenai 3D, keputusan
Nolan untuk tidak menggunakan kamera 3D untuk semua film-filmnya sangat tepat. Sebagai
gantinya, Nolan lebih memperbanyak menggunakan kamera IMAX untuk TDKR. Saya
tidak begitu menyukai teknologi 3D karena saat menonton film, terutama di
bioskop, hal paling penting dan satu-satunya yang penting bagi saya adalah
bagaimana jalan ceritanya berjalan, akting para pemainnya. Saya menonton film
bukan hanya sekedar untuk bersenang-senang. Saya justru penasaran dengan
teknologi IMAX dan bagaimana film ini berlangsung ketika diputar di teater
IMAX. Saya berharap Bandung segera meluncurkan teater IMAX dalam waktu dekat
sehingga saya tak perlu jauh-jauh ke Jakarta hanya untuk teater IMAX.
Please, baca review bagian kedua di sini
Please, baca review bagian kedua di sini
0 comments:
Post a Comment