Pages

Subscribe:

Thursday, July 26, 2012

The Dark Knight Rises (Review part 1)

When Gotham city is about to fall, who will be there to save you?


SPOILERT!!
This review may contain SPOILER.


Tulisan ini adalah kumpulan opini sekaligus review mengenai franchise Batman karya Christopher Nolan dan berbagai adegan atau twists yang menimbulkan banyaknya teori serta opini yang beragam, tergantung siapa yang menontonnya dan bagaimana dia menginterpretasikannya. Saya menghargai semua opini ini secara terbuka. Saya hanya ingin berbagi opini-opini saya mengenai salah satu film terbaik 2012, The Dark Knight Rises.

Seharusnya tulisan ini sudah saya post maksimal sehari setelah film ini dirilis (21/7) namun karena saya merasa bahwa review babak pamungkas trilogi Batman ala Nolan harus sedashyat versi live-action-nya, maka saya memutuskan untuk menggali lebih banyak informasi dari berbagai sumber terpercaya baik resmi maupun tak resmi untuk mengumpulkan materi yang saya rasa penting untuk menunjang review ini. Review ini juga tergolong panjang untuk kategori review seperti biasanya, oleh karena itu saya sengaja membaginya ke dalam tiga laman.

The Dark Knight Rises atau TDKR adalah film yang paling saya tunggu-tunggu tahun ini. Memang benar, tahun ini adalah tahunnya live-action superhero movies bertarung di musim panas. Dimulai dengan rilisnya The Avengers di permulaan musim panas, The Amazing Spider-Man yang rilis hanya beberapa hari sebelum babak pamungkas trilogi Batman versi Christopher Nolan, The Dark Knight Rises, rilis. Memang benar kata orang, tahun 2012 termasuk salah satu tahun terbaik dengan banyak suguhan film kelas wahid. Dan setelah menunggu selama kurang lebih 4 tahun, penantian panjang ini tak berujung pada kekecewaan karena Nolan berhasil menyuguhkan aksi The Caped Crusader untuk terakhir kalinya dengan luar biasa menakjubkan.

TDKR mengambil setting waktu delapan tahun sejak The Dark Knight yang membuat film ini dinilai cukup berani untuk mengambil resiko sedemikian besar untuk sebuah sekuel kedua dalam segi setting cerita. Delapan tahun yang panjang bagi Batman yang tak pernah muncul lagi di kota Gotham karena Gotham berhasil menjadi kota yang damai dan tentram sejak dia menghilang berkat tangan dingin Komisioner Gordon. Namun siapa sangka ancaman malah datang dari teroris berbahaya macam Bane yang siap untuk menghancurkan Gotham untuk melanjutkan misi Ra’s Al Ghul yang gagal di Batman Begins. Akankah Batman kembali? Bisakah Batman menyelamatkan Gotham kembali?

Christopher Nolan menjadi sineas pertama yang menukangi trilogi film Batman dan sineas kedua yang menukangi film genre superhero setelah Sam Raimi dengan Spider-Man-nya. Nolan berhasil menyuguhkan kembali kisah yang diramunya dengan super lengkap dan pendalaman karakter yang komplit. Dia berhasil membuat adaptasi komik superhero menjadi film yang sarat dengan emosi, drama, dan action serta relevan dengan kehidupan nyata dan segala permasalahan yang ada seperti ketimpangan sosial, kejahatan, dan korupsi sehingga kita bisa merasakan bahwa Batman hidup di sekitar kita. Nolan seperti petir yang menggelegar di langit kerajaan Marvel, yang mengancam kedigdayaan The Avengers dengan pendapatannya yang luar biasa. Namun saya memprediksi, TDKR mampu mengalahkan pencapaian luar biasa The Avengers karena secara kualitas TDKR berada jauh di atas kumpulan pahlawan super milik Marvel itu. Akan sangat mengejutkan jika The Avengers bisa mengalahkan TDKR di Box Office walaupun patokan bagus tidaknya sebuah film bukanlah berasal dari pencapaiannya di Box Office.

Every great story deserves a great ending” – Christopher Nolan

Sejak The Dark Knight (2008), saya sangat menantikan kelanjutan ­live-action sang Ksatria Malam. Terhitung sejak sekitar tiga tahun yang lalu, ketika Nolan setuju untuk membuat sekuel lanjutan, saya termasuk salah satu yang bersorak dan berharap banyak terhadap proyek TDKR ini. Apalagi ketika Marvel merilis The Avengers. Tapi saya percaya kepada Nolan. Saya percaya dia bisa membuat film yang lebih extraordinary dari The Dark Knight. I believe in Nolan. Dan penantian saya dan banyak movie freaks di seluruh dunia tidak berujung pada kekecewaan karena TDKR melampaui ekspektasi pribadi saya akan akhir kisah sang Ksatria Malam.

Sama dengan pendekatan yang dilakukan Nolan terhadap dua pendahulu TDKR, ramuan itu masih digunakan di TDKR hanya saja fokus kisahnya sekarang berada di sosok Bruce Wayne/Batman karena di installment kedua, sosok the Jokerlah yang lebih dominan. Pendekatan yang lebih realistis dan humanis terhadap trilogi ini membuat Batman begitu manusiawi dan mudah diterima oleh masyarakat modern. Dan hal itu membuat saya berpikir bahwa kita membutuhkan orang seperti Batman yang rela mengotori tangannya sendiri untuk memberantas kejahatan dan menegakkan keadilan. Hal inilah salah satu poin yang membuat TDKR lebih unggul daripada The Avengers, yang tampak seperti dongeng pengantar tidur anak-anak. Saya menilai battle di film The Avengers terlihat seperti dilebih-lebihkan dan terasa ada yang kurang. Benar saya setuju pada tanggapan yang mengatakan bahwa dunia film sangat berbeda dengan dunia nyata namun ketika mendapati ada film yang sedemikian nyatanya (khususnya film superhero) membuat saya berpikir bahwa film ini memang pantas disebut epic. Dan dengan didukung score dari Hans Zimmer, saat-saat menegangkan sekaligus menyedihkan di The Dark Knight Rises dapat tergambar dengan sangat baik.

The Dark Knight Rises masuk ke dalam jajaran trilogi yang sukses dan konsisten di samping trilogi Lord of The Rings dan The Godfather. Sangat jarang ada trilogi yang bisa menjaga konsistensinya dan tampil stabil, sebagai contoh trilogi Spider-Man milik Sam Raimi yang bagus di awal, luar biasa di sekuel pertama namun antiklimaks di babak terakhir. The Dark Knight Rises mampu menjawab segala keraguan. Saya rasa inilah film terbaik 2012 walaupun masih terlalu dini untuk mengatakan demikian karena masih ada Skyfall dan The Hobbit. Namun karena TDKR dibuat dengan begitu baik dengan jalan cerita yang sangat realistis dan humanis, tak salah jika banyak movie freaks yang mempunyai pikiran yang sama dengan saya bahwa Akademi akan mengganjar film ini minimal dengan gelar Best Picture dan/atau Best Director.

Mulanya saya sempat ketar-ketir akan ekspektasi saya terhadap TDKR. Dengan keperkasaan Marvel The Avengers dengan perolehannya yang mencapai $1 milyar lebih di seluruh dunia membuat saya sangat berharap TDKR mampu mengalahkan The Avengers. Ekspektasi ini tidak berlebihan, mengingat kualitas TDKR ternyata jauh di atas pendahulunya, Batman Begins (2005) dan The Dark Knight, atau bahkan setengah lusin superhero Marvel. TDKR sangat kuat di aspek cerita, akting para pemerannya yang luar biasa, twists, efek, dan juga ending-nya yang mengejutkan. Jika boleh dibandingkan antara Nolan dan Tim Burton, sutradara Batman (1989) dan Batman Returns (1992), Nolan lebih unggul tipis dari sutradara nyentrik itu karena film Batman besutannya berhasil mematok standar minimal bagaimana film superhero seharusnya dibuat, khususnya untuk khalayak masyarakat modern. Batman versi Burton tidaklah jelek hanya saja film tersebut lebih cocok untuk masyarakat pada waktu itu saja. Dan oleh karena itulah, Burton memuji Nolan atas kerja kerasnya selama ini dan tak menyangka bahwa ternyata Batman bisa dibawa ke arah yang lebih gelap lagi.

The Dark Knight Rises berhasil mengumpulkan $160.89 million di bioskop Amerika dan $88 million overseas dan menjadikannya film ketiga yang berhasil mendapat the biggest opening sepanjang masa di bawah The Avengers dan Harry Potter and The Deathly Hallows Part 2. TDKR juga berhasil mencetak rekor baru sebagai film non-3D pertama yang berhasil memperoleh pendapatan sebesar itu di tiga hari pertama penayangannya. Ngomong-ngomong mengenai 3D, keputusan Nolan untuk tidak menggunakan kamera 3D untuk semua film-filmnya sangat tepat. Sebagai gantinya, Nolan lebih memperbanyak menggunakan kamera IMAX untuk TDKR. Saya tidak begitu menyukai teknologi 3D karena saat menonton film, terutama di bioskop, hal paling penting dan satu-satunya yang penting bagi saya adalah bagaimana jalan ceritanya berjalan, akting para pemainnya. Saya menonton film bukan hanya sekedar untuk bersenang-senang. Saya justru penasaran dengan teknologi IMAX dan bagaimana film ini berlangsung ketika diputar di teater IMAX. Saya berharap Bandung segera meluncurkan teater IMAX dalam waktu dekat sehingga saya tak perlu jauh-jauh ke Jakarta hanya untuk teater IMAX. 


Please, baca review bagian kedua di sini

0 comments:

Post a Comment