Torres menggiring bola yang menyingkirkan asa Barcelona untuk berlaga di final UCL |
Camp Nou ‘Tidak Bersahabat’ dengan Tuannya Sendiri
Review on 2nd leg UEFA Champions League semi-final ‘Barcelona
vs Chelsea’ at Camp Nou on 25 April, 2012
Chelsea harus
melakoni leg kedua semifinal Liga Champions di kandang lawan, di Camp Nou.
Dengan armada siap tempur dan dengan Didier Drogba, pencetak gol satu-satunya
untuk The Blues di leg pertama, yang akhirnya bisa menjadi starter
setelah ‘diistirahatkan’ saat melawan Arsenal di London Big Match weekend
kemarin melambungkan optimisme yang berkobar di semua pemain, fans dan tentunya
caretaker Roberto di Matteo. Apalagi dengan kemenangan tipis di leg
pertama minggu lalu, paling tidak Chelsea membutuhkan minimal hasil imbang
untuk melaju ke Final di Munich karena Barcelona gak mendapat kesempatan
mencetak gol tandang.
Yang paling aku
khawatirkan pada laga tandang ini adalah jersey tandang Chelsea: apakah
Chelsea akan memakai jersey hitam atau putih. Hitam bukan warna yang
tepat untuk laga crucial seperti ini karena jersey hitam tidak
membawa keberuntungan untuk Chelsea. Agak berbau mitos juga sebenarnya tapi
emang itulah kenyataannya. Jadi waktu tau Chelsea akhirnya pakai jersey
putih, aku sedikit lega.
Karena hari itu hari
Selasa dan aku kuliah sampai sore—otomatis gak ada kesempatan untuk tidur siang
dulu soalnya aku kuliah dari pagi—aku pun memutuskan untuk tidur lebih awal dan
bangun sebelum match-nya dimulai. Dan aku pun gelisah, guling sana
guling sini. Gak bisa tidur dengan nyenyak. Honestly I didn’t feel that we
were gonna win tonight but that didn’t mean optimism faded away from us.
Aku masih optimis Chelsea bisa melaju ke final. Aku masih optimis Chelsea bisa
menang di Camp Nou.
Akhirnya alarm
berbunyi dan aku langsung lompat dari tempat tidur dan nyalain TV. Aku udah gak
sabar banget dan super deg-degan, lebih ‘parah’ daripada yang di leg 1. Ini
Camp Nou, banyak fans tim lawan yang super fanatik yang pasti bisa sedikit
banyak mempengaruhi mental pemain Chelsea. Tapi ini sepak bola profesional, this
is a game of men, hal itu tak jadi soal buat pemain sepak bola profesional.
Aku yakin Chelsea pasti bisa bertahan.
Yang perlu ditekankan
lagi di sini adalah this is a game of men. Jangan pernah remehkan tim
kami. Kami datang dengan beban yang berat tapi tidak seberat beban Barcelona
yang harus menang untuk menuju ke Munich. This is a game of men, kami
bermain layaknya pria. Determinasi dan optimisme membumbung tinggi. Kami harus
menang tapi kami siap kalah juga, asal kami membuat gol tandang. For me
myself, yang jelas kami telah membuktikan pada dunia bahwa tim yang katanya
terbaik di dunia ini ternyata bisa dikalahkan juga di leg 1 minggu lalu. Kami
siap untuk menang and we deserved to win fairly.
Pertandingan pun
dimulai. Seperti yang sudah diduga banyak pihak, termasuk aku, Chelsea akan
lebih banyak menerapkan strategi bertahan, seperti yang telah sukses diterapkan
di Stamford Bridge. Aku gak masalah sama strategi ini yang jelas strategi ini
ampuh untuk mengatasi tiki-taka Barcelona.
Tak terhitung sudah
berapa kali gawang Chelsea diincar pemain Barcelona. Tak terhitung sudah berapa
kali Petr Cech menyelematkan gawangnya. Lini pertahanan The Blues juga berkerja
super ekstra keras untuk menahan gempuran serangan anak-anak Catalan. Dan kami
masih bisa bertahan. Memang sih permainan Chelsea gak bisa dibilang indah dan
menghibur, seperti yang telah Frank Lampard, pemain sepakbola favorit saya,
katakan—but I have to confirm here that I love Chelsea not because of him.
No, that’s too superficial. I love Chelsea from deep inside my heart, tak
ada paksaan dan pengaruh dari luar. Seperti yang dilansir bola.kompas.com,
Lampard mengaku bahwa timnya tidak tampil sesuai keinginan banyak orang pada
leg kedua semifinal Liga Champions, melawan Barcelona, di Camp Nou. Meski
begitu, ia menilai timnya layak mendapat tiket final karena telah berjuang
dengan gigih. Aku pun menilai demikian. Dan aku setuju dengan pernyataan sang
kiper, Petr Cech, seperti dilansir bola.kompas.com, Chelsea tampil 150%.
Tak masalah apakah semua punggawa Chelsea mundur untuk bertahan total. Sekali
lagi, tak masalah ball position dikuasai Barcelona karena
menang-kalahnya sebuah tim dalam sepakbola tidak ditentukan oleh penguasaan
bola. Dan aku gak peduli tentang tanggapan orang yang bilang gaya permainan
Chelsea kurang menarik di kedua laga semifinal menghadapi Barcelona ini, kurang
terbuka. The truth is Chelsea sukses membekuk Barcelona dengan strategi
ini, so what, then?
Sebelum fokus nonton
pertandingan ini, aku buka laptop dan mulai internetan karena pasti akan rame
sekali ini suasana di ‘luar’ sana. Banyak temen-temen aku yang dukung
Barcelona, faktor Jorge Lorenzo berbicara di sini. Kadang aku suka gak
paham kenapa orang suka menyukai sesuatu yang disukai idolanya. Mereka
mendukung sesuatu itu tanpa tau apa yang mereka dukung, bagaimana sesuatu itu, seperti
apa sesuatu itu, dan bagaimana sejarah di balik sesuatu itu. Ikut arus, that’s
what I’m trying to tell you. Tapi itu gak salah juga sebenarnya, hanya saja
that’s not a good ‘scenery’, at least for me. Why would you bother
yourself for something you fight-for-nothing?
Dari menit awal
pertandingan, Barcelona selalu unggul, baik dari segi penguasaan bola dan
agresivitas penyerangan. Namun serangan mereka gak efektif. Dari total sekitar
26 goal attempts, Barcelona hanya bisa membuahkan 2 gol. Bandingkan
dengan Chelsea yang melepaskan 4 tendangan ke gawang Victor Valdes dan 3 di
antaranya menjadi gol. Padahal hampir semua pemain Barcelona menyerang dan Chelsea
pun masih konsisten bertahan. Barcelona bermain kurang efektif. Hanya menang
agresivitas dan penguasaan bola. Silakan dinilai sendiri apakah faktor
kecakapan kiper diperlukan oleh klub sekelas Barcelona.
Ada dua pemain yang
belum banyak berkeringat di lapangan udah harus keluar karena cedera. Pertama, Gary
Cahill, bek Chelsea, terpeleset dan sepertinya mengalami cedera. Nah, yang
kedua ini, Gerard Pique, bek Barcelona sekaligus kekasih Shakira (ini kenapa
Shakira dimasukin ke sini? Apa hubungannya sama cederanya Pique?). Cara dia
dapet cederanya gak banget. Saat itu Pique dan Drogba mengejar bola ke kotak
penalti Barcelona. Tiba-tiba aja Valdes datang dan menghalau bola dengan
melompat. Nahasnya Pique terkena tubuh besar Valdes tepat di kepalanya dan
kabarnya dia langsung dilarikan ke rumah sakit karena cedera ini. Parah banget,
goblok banget nih kiper. Aku masih prefer Iker Casillas, kiper Real
Madrid dan kiper utama timnas Spanyol—dibandingkan Valdes yang hanya kiper
kedua. Aku udah cukup banyak liat kiper yang melakukan tindakan bodoh yang
merugikan timnya seperti itu hanya saja yang terjadi tadi malam terlihat
begitu.... konyol.
Di 30 menit pertama
babak pertama, Barcelona masih berusaha ekstra keras untuk membobol gawang Cech
dan Chelsea tetap bertahan super duper keras di garis pertahanan. Menit ke-35, Barcelona berhasil
membobol gawang Chelsea lewat kaki Sergio Busquets. Akhirnya usaha mereka
membuahkan hasil juga. Namun sungguh sangat disayangkan ketika menit ke-37,
sang Kapten Chelsea, John Terry, diberi kartu merah karena melakukan sesuatu yang
tak senonoh kepada Alexis Sanchez: dia menyikut bokong Sanchez. Sungguh
tindakan yang sangat tidak terpuji, apalagi dilakukan oleh sang Kapten di
pertandingan maha penting ini. Aku pun gak tau kenapa bisa JT melakukan hal
sebodoh itu walaupun awalnya aku kira ada konspirasi lagi antara wasit dan
Barcelona. Tapi ternyata gak terbukti. Tapi, menurut aku, kartu merah terlalu
berat untuk JT. Kartu kuning bolehlah. Tak pelak JT pun langsung naik pitam
tapi Cech menenangkannya. Menurutku, Sanchez ‘berakting’ di sini. Terlalu
dilebih-lebihkan, sepertinya dia memprovokasi wasit supaya JT diberi kartu
merah. Atau jangan-jangan JT gak sengaja ngelakuin ini? Yah, hanya Tuhan yang
tau. Dan berkaitan dengan kejadian ini, ada kabar baik dan buruk untuk Chelsea:
kabar baiknya Lampard yang jadi kapten sekarang dan kabar buruknya Chelsea
hanya akan bermain dengan 10 orang dan itu akan sangat berat. Kalaupun Chelsea
lolos ke final, mereka akan tampil tanpa sang Kapten. Dan andaikan Chelsea
menjadi jawara UCL ini—AMIN—JT dipastikan tak akan menjadi orang pertama yang
mengangkat trofi telinga-besar.
Barcelona pun berhasil
memanfaatkan keunggulan jumlah pemain dengan satu gol tambahan lagi oleh
Iniesta sebelum turun minum (lupa menit keberapa). Cech dan lini bertahan The
Blues tampak tak fokus dan kurang konsentrasi sejak JT di-sent off. Dan
ini menjadikan langkah The Blues ke final UCL sedikit tertahan, walaupun masih
ada 45 menit babak kedua. Minimal Chelsea harus menggolkan satu bola ke gawang
Barcelona agar bisa melaju ke final dengan keunggulan gol tandang.
Sebelum turun minum, publik Camp
Nou dikejutkan oleh gol Ramires pada menit ke-45+1. Gol ini terbentuk dari assist
Lampard yang melihat peluang di depan. Ini kesalahan Barcelona juga
sebenarnya, mereka terlalu fokus menyerang dan hampir semua pemain mereka
menyerang sehingga ada ruang cukup besar di pertahanan Barcelona yang bisa
dimanfaatkan dengan baik oleh Ramires yang menghasilkan gol tandang yang
cantik. Aku seneng banget walaupun agregat 2-2 dengan keunggulan gol tandang
ini masih belum aman untuk Chelsea karena Barcelona bisa menambah gol kapanpun,
mengingat mereka bermain terbuka dan mempunyai banyak peluang. Masih ada 45
menit berikutnya.
Nah, satu hal yang
aku pelajari dari laga semalam ini: jangan seenaknya meremehkan orang lain.
Chelsea yang gak diunggulkan untuk melaju ke final, apalagi harus menghadapi
gempuran matador Catalan di semifinal, malah sukses membuktikan bahwa mereka
memang layak ke final. Seperti yang dilansir sport.detik.com, Media asal
Catalan, Sport, bahkan dengan terang-terangan mengatakan bahwa Barca
lebih layak untuk menang. Sebaliknya, Chelsea dituding sebagai klub yang
vulgar, pengecut, penakut, dan tidak pantas untuk menang. Penghinaan semacam ini sangat
disayangkan, mengingat mereka harus menjilat ludah mereka sendiri sekarang, tapi
Chelsea telah sukses membuktikan pada dunia bahwa mereka bisa mengungguli
Barcelona, bisa menyingkirkan raksasa Catalan.
Babak kedua dimulai dan gawang
Chelsea tak pernah jauh dari ancaman. Chelsea nampak semakin memperketat
pertahanannya dan mungkin akan memanfaatkan serangan balik cepat di sela-sela
kelengahan Barcelona. Keunggulan gol tandang sepertinya agak melegakan tapi for
me, that’s not relieving enough.
Lampard dan Fabregas sempat
terlibat adu mulut. Fabregas terjatuh di sebelah Lampard tapi aku lupa kenapa
mereka bisa begitu (I need to watch the match again). Lampard hampir
marah-marah kepada mantan pemain Arsenal ini tapi untungnya berhasil diredam
oleh pemain-pemain Chelsea. Jangan sampai deh Lampard dan Chelsea dirugikan
lagi di UCL, sudah cukup. Emosi dan aroma dendam kembali menyelimuti Camp Nou.
Memori laga semifinal leg 2 tahun 2009 di Stamford Bridge kembali menyeruak.
Fabregas sempat dilanggar di kotak
terlarang oleh Drogba dan wasit langsung menunjuk titik putih yang artinya
Barcelona berhak mendapat hadiah penalti. Aku sempat was-was dan makin
deg-degan tapi aku percaya Cech masih bisa diandalkan. Cech pasti bisa menyelematkan
gawangnya, tingginya aja hampir 2 meter dibandingkan Lionel Messi yang menjadi
algojo penalti ini. Messi pun mengambil kesempatan ini di menit ke-49 namun
gagal mengonversinya menjadi gol. Untunglah, tiang gawang seolah menjadi
pengganti JT di sini. Lagipula gawang sebegitu gedenya kenapa yang diincar
tiang gawang sih, Lionel? Dan hal ini memperpanjang rekor Messi tak pernah
sekalipun membobol gawang Chelsea. Yeaaaah!! Mungkin ada kaitannya dengan beban
mental yang diempu Messi di laga ini, ha, who knows? Mungkin bisa jadi
juga faktor kelelahan pemain Barcelona, kelelahan mental dan fisik, karena weekend
kemarin menjamu rival abadinya, Real Madrid. Wah, tapi Chelsea pun harus
menghadapi Arsenal kemarin itu. That’s not a reason, though.
Di menit-menit terakhir atmosfir
pertandingan semakin panas saja karena Barcelona yang tak kenal lelah terus mencoba
membobol gawang Cech dan Chelsea yang masih fokus dengan strategi pertahanan
ofensif mereka. Aku sempet khawatir Chelsea gak bisa melaju ke final tapi aku
selalu yakin bahwa fair play should win tonight.
Sepuluh menit terakhir, Drogba
diganti Torres. Barcelona sempat membuahkan gol sebelumnya tapi gol ini
dianulir karena offside. Menit 90 berjalan dan Barcelona masih sibuk
menyerang tapi bola berhasil direbut pemain Chelsea (sepertinya Ashley Cole) dan
diumpan jauh ke Torres yang berlari leluasa di pertahanan Barcelona, menerjang
Valdes, dengan hanya satu pemain bertahan Barcelona mengejarnya namun masih
kurang cepat dibandingkan Torres. El Niño berhasil melewati Valdes dan
mengantarkan bola ke gawang Barcelona. Chelsea pun bersukacita. Sumringah di
wajah RDM, di wajah punggawa Chelsea, di wajah kami para True Blues.... honestly
I just don’t believe what I have just seen. He scored a goal!! Dengan hanya
sisa beberapa detik saja, mustahil bagi Barcelona untuk mengejar ketertinggalan
ini. Mereka harus mengakui kemenangan ini. Messi pun menangis. Cup cup cup,
kalah-menang adalah hal biasa dalam sepak bola, Nak.
Soal Torres, dulu aku sempet
meremehkan dia karena dia gak ‘panas-panas’ setelah didatangkan dari Liverpool.
Dia belum memunculkan performa terbaiknya bersama Chelsea. Tapi dia bisa
membuatku bangga juga karena golnya semalam. Gol yang menaikkan gengsi. Menang
hanya dengan keunggulan agregat mungkin akan membuat banyak kalangan semakin
meremehkan Chelsea walaupun pasukan biru London ini melaju ke final tapi dengan
adanya gol Torres, Chelsea bisa melaju ke final dengan bangga dan kepala tegak.
Aku terharu. Aku terharu atas kemenangan yang dramatis ini.
Dan perlu diingat, Chelsea menang
bukan karena beruntung. Kami bekerja sangat keras. Dengan hanya sepuluh pemain
kami bisa menahan imbang raksasa Catalan di kandangnya sendiri dan membungkam
langkah Barcelona ke partai final. Kami bekerja ekstra keras, mungkin faktor
keberuntungan ada tapi itu bukan faktor utama kemenangan kami. Kami bermain
efektif, kami bisa membuat 3 gol dari 4 kesempatan.
Aku seneng banget. Gak tau mesti
ngungkapin dengan cara apa yang jelas aku seneng banget. We’re going to
Munich, Chelsea, let’s prove that we are the best in the world. Keep the Blue
flag flying high. And we will be victorious!! (mengutip liriknya Uprising
dari Muse.)
Satu hal yang aku inginkan dari Om
Roman, pemilik Chelsea: permanenkan caretaker Roberto di Matteo!! Permanenkan
RDM!!
Camp nou, setelah menjadi saksi
kekalahan tuannya di tangan Real Madrid di laga bertajuk El Clasico weekend
lalu, sekarang menjadi saksi tidak lolosnya Barcelona ke final Liga
Champions. Menang-kalah dalam sepak bola itu biasa. Aku salut dengan Pep
Guardiola karena dia sportif dan mengucapkan selamat pada RDM dan Chelsea.
Hanya orang besar yang berani mengakui keunggulan lawan.
Dan lawan Chelsea di final
Champions tahun ini adalah Bayern Muenchen. Final akan diadakan di kandang
Muenchen, di Allianz Arena (salah satu stadion favorit aku) tanggal 19 Mei
nanti. Oh my God, I just can’t wait that long.
Madrid tersingkir setelah drama
adu penalti yang menyakitkan. Penalti memang seperti berjudi, faktor
keberuntungan banyak berperan di sana. Aku gak mau bahas Madrid-Muenchen, aku
gak tau banyak soal mereka. Yang jelas Chelsea akan melawan Muenchen di Munich,
di Allianz Arena, di kandang raksasa Jerman, di depan pendukung The Bavarian.
Aku berharap semoga Chelsea
menjadi juara UCL untuk pertama kalinya tahun ini. Aku yakin semua True
Blues juga berharap demikian. Kami ingin melihat Chelsea berjaya. Kami ingin
membuktikan pada dunia bahwa Chelsea memang pantas menjadi juara Liga
Champions. Chelsea Till I Die. Optimis harus terus ada.
Dan yang terakhir supaya perlu
diingat bahwa aku menulis semua ini dalam perspektif aku pribadi, no offence
buat Azulgranas, ya!!
0 comments:
Post a Comment