Pages

Subscribe:

Friday, April 27, 2012

Yeah, We’re Going to Munich!!


Torres menggiring bola yang menyingkirkan asa
Barcelona untuk berlaga di final UCL

Camp Nou ‘Tidak Bersahabat’ dengan Tuannya Sendiri


Review on 2nd leg UEFA Champions League semi-final ‘Barcelona vs Chelsea’ at Camp Nou on 25 April, 2012 


Chelsea harus melakoni leg kedua semifinal Liga Champions di kandang lawan, di Camp Nou. Dengan armada siap tempur dan dengan Didier Drogba, pencetak gol satu-satunya untuk The Blues di leg pertama, yang akhirnya bisa menjadi starter setelah ‘diistirahatkan’ saat melawan Arsenal di London Big Match weekend kemarin melambungkan optimisme yang berkobar di semua pemain, fans dan tentunya caretaker Roberto di Matteo. Apalagi dengan kemenangan tipis di leg pertama minggu lalu, paling tidak Chelsea membutuhkan minimal hasil imbang untuk melaju ke Final di Munich karena Barcelona gak mendapat kesempatan mencetak gol tandang.
Yang paling aku khawatirkan pada laga tandang ini adalah jersey tandang Chelsea: apakah Chelsea akan memakai jersey hitam atau putih. Hitam bukan warna yang tepat untuk laga crucial seperti ini karena jersey hitam tidak membawa keberuntungan untuk Chelsea. Agak berbau mitos juga sebenarnya tapi emang itulah kenyataannya. Jadi waktu tau Chelsea akhirnya pakai jersey putih, aku sedikit lega.
Karena hari itu hari Selasa dan aku kuliah sampai sore—otomatis gak ada kesempatan untuk tidur siang dulu soalnya aku kuliah dari pagi—aku pun memutuskan untuk tidur lebih awal dan bangun sebelum match-nya dimulai. Dan aku pun gelisah, guling sana guling sini. Gak bisa tidur dengan nyenyak. Honestly I didn’t feel that we were gonna win tonight but that didn’t mean optimism faded away from us. Aku masih optimis Chelsea bisa melaju ke final. Aku masih optimis Chelsea bisa menang di Camp Nou.
Akhirnya alarm berbunyi dan aku langsung lompat dari tempat tidur dan nyalain TV. Aku udah gak sabar banget dan super deg-degan, lebih ‘parah’ daripada yang di leg 1. Ini Camp Nou, banyak fans tim lawan yang super fanatik yang pasti bisa sedikit banyak mempengaruhi mental pemain Chelsea. Tapi ini sepak bola profesional, this is a game of men, hal itu tak jadi soal buat pemain sepak bola profesional. Aku yakin Chelsea pasti bisa bertahan.
Yang perlu ditekankan lagi di sini adalah this is a game of men. Jangan pernah remehkan tim kami. Kami datang dengan beban yang berat tapi tidak seberat beban Barcelona yang harus menang untuk menuju ke Munich. This is a game of men, kami bermain layaknya pria. Determinasi dan optimisme membumbung tinggi. Kami harus menang tapi kami siap kalah juga, asal kami membuat gol tandang. For me myself, yang jelas kami telah membuktikan pada dunia bahwa tim yang katanya terbaik di dunia ini ternyata bisa dikalahkan juga di leg 1 minggu lalu. Kami siap untuk menang and we deserved to win fairly.
Pertandingan pun dimulai. Seperti yang sudah diduga banyak pihak, termasuk aku, Chelsea akan lebih banyak menerapkan strategi bertahan, seperti yang telah sukses diterapkan di Stamford Bridge. Aku gak masalah sama strategi ini yang jelas strategi ini ampuh untuk mengatasi tiki-taka Barcelona.
Tak terhitung sudah berapa kali gawang Chelsea diincar pemain Barcelona. Tak terhitung sudah berapa kali Petr Cech menyelematkan gawangnya. Lini pertahanan The Blues juga berkerja super ekstra keras untuk menahan gempuran serangan anak-anak Catalan. Dan kami masih bisa bertahan. Memang sih permainan Chelsea gak bisa dibilang indah dan menghibur, seperti yang telah Frank Lampard, pemain sepakbola favorit saya, katakan—but I have to confirm here that I love Chelsea not because of him. No, that’s too superficial. I love Chelsea from deep inside my heart, tak ada paksaan dan pengaruh dari luar. Seperti yang dilansir bola.kompas.com, Lampard mengaku bahwa timnya tidak tampil sesuai keinginan banyak orang pada leg kedua semifinal Liga Champions, melawan Barcelona, di Camp Nou. Meski begitu, ia menilai timnya layak mendapat tiket final karena telah berjuang dengan gigih. Aku pun menilai demikian. Dan aku setuju dengan pernyataan sang kiper, Petr Cech, seperti dilansir bola.kompas.com, Chelsea tampil 150%. Tak masalah apakah semua punggawa Chelsea mundur untuk bertahan total. Sekali lagi, tak masalah ball position dikuasai Barcelona karena menang-kalahnya sebuah tim dalam sepakbola tidak ditentukan oleh penguasaan bola. Dan aku gak peduli tentang tanggapan orang yang bilang gaya permainan Chelsea kurang menarik di kedua laga semifinal menghadapi Barcelona ini, kurang terbuka. The truth is Chelsea sukses membekuk Barcelona dengan strategi ini, so what, then?
Sebelum fokus nonton pertandingan ini, aku buka laptop dan mulai internetan karena pasti akan rame sekali ini suasana di ‘luar’ sana. Banyak temen-temen aku yang dukung Barcelona, faktor Jorge Lorenzo berbicara di sini. Kadang aku suka gak paham kenapa orang suka menyukai sesuatu yang disukai idolanya. Mereka mendukung sesuatu itu tanpa tau apa yang mereka dukung, bagaimana sesuatu itu, seperti apa sesuatu itu, dan bagaimana sejarah di balik sesuatu itu. Ikut arus, that’s what I’m trying to tell you. Tapi itu gak salah juga sebenarnya, hanya saja that’s not a good ‘scenery’, at least for me. Why would you bother yourself for something you fight-for-nothing?
Dari menit awal pertandingan, Barcelona selalu unggul, baik dari segi penguasaan bola dan agresivitas penyerangan. Namun serangan mereka gak efektif. Dari total sekitar 26 goal attempts, Barcelona hanya bisa membuahkan 2 gol. Bandingkan dengan Chelsea yang melepaskan 4 tendangan ke gawang Victor Valdes dan 3 di antaranya menjadi gol. Padahal hampir semua pemain Barcelona menyerang dan Chelsea pun masih konsisten bertahan. Barcelona bermain kurang efektif. Hanya menang agresivitas dan penguasaan bola. Silakan dinilai sendiri apakah faktor kecakapan kiper diperlukan oleh klub sekelas Barcelona.
Ada dua pemain yang belum banyak berkeringat di lapangan udah harus keluar karena cedera. Pertama, Gary Cahill, bek Chelsea, terpeleset dan sepertinya mengalami cedera. Nah, yang kedua ini, Gerard Pique, bek Barcelona sekaligus kekasih Shakira (ini kenapa Shakira dimasukin ke sini? Apa hubungannya sama cederanya Pique?). Cara dia dapet cederanya gak banget. Saat itu Pique dan Drogba mengejar bola ke kotak penalti Barcelona. Tiba-tiba aja Valdes datang dan menghalau bola dengan melompat. Nahasnya Pique terkena tubuh besar Valdes tepat di kepalanya dan kabarnya dia langsung dilarikan ke rumah sakit karena cedera ini. Parah banget, goblok banget nih kiper. Aku masih prefer Iker Casillas, kiper Real Madrid dan kiper utama timnas Spanyol—dibandingkan Valdes yang hanya kiper kedua. Aku udah cukup banyak liat kiper yang melakukan tindakan bodoh yang merugikan timnya seperti itu hanya saja yang terjadi tadi malam terlihat begitu.... konyol.
Di 30 menit pertama babak pertama, Barcelona masih berusaha ekstra keras untuk membobol gawang Cech dan Chelsea tetap bertahan super duper keras di garis pertahanan. Menit ke-35, Barcelona berhasil membobol gawang Chelsea lewat kaki Sergio Busquets. Akhirnya usaha mereka membuahkan hasil juga. Namun sungguh sangat disayangkan ketika menit ke-37, sang Kapten Chelsea, John Terry, diberi kartu merah karena melakukan sesuatu yang tak senonoh kepada Alexis Sanchez: dia menyikut bokong Sanchez. Sungguh tindakan yang sangat tidak terpuji, apalagi dilakukan oleh sang Kapten di pertandingan maha penting ini. Aku pun gak tau kenapa bisa JT melakukan hal sebodoh itu walaupun awalnya aku kira ada konspirasi lagi antara wasit dan Barcelona. Tapi ternyata gak terbukti. Tapi, menurut aku, kartu merah terlalu berat untuk JT. Kartu kuning bolehlah. Tak pelak JT pun langsung naik pitam tapi Cech menenangkannya. Menurutku, Sanchez ‘berakting’ di sini. Terlalu dilebih-lebihkan, sepertinya dia memprovokasi wasit supaya JT diberi kartu merah. Atau jangan-jangan JT gak sengaja ngelakuin ini? Yah, hanya Tuhan yang tau. Dan berkaitan dengan kejadian ini, ada kabar baik dan buruk untuk Chelsea: kabar baiknya Lampard yang jadi kapten sekarang dan kabar buruknya Chelsea hanya akan bermain dengan 10 orang dan itu akan sangat berat. Kalaupun Chelsea lolos ke final, mereka akan tampil tanpa sang Kapten. Dan andaikan Chelsea menjadi jawara UCL ini—AMIN—JT dipastikan tak akan menjadi orang pertama yang mengangkat trofi telinga-besar.
Barcelona pun berhasil memanfaatkan keunggulan jumlah pemain dengan satu gol tambahan lagi oleh Iniesta sebelum turun minum (lupa menit keberapa). Cech dan lini bertahan The Blues tampak tak fokus dan kurang konsentrasi sejak JT di-sent off. Dan ini menjadikan langkah The Blues ke final UCL sedikit tertahan, walaupun masih ada 45 menit babak kedua. Minimal Chelsea harus menggolkan satu bola ke gawang Barcelona agar bisa melaju ke final dengan keunggulan gol tandang.
Sebelum turun minum, publik Camp Nou dikejutkan oleh gol Ramires pada menit ke-45+1. Gol ini terbentuk dari assist Lampard yang melihat peluang di depan. Ini kesalahan Barcelona juga sebenarnya, mereka terlalu fokus menyerang dan hampir semua pemain mereka menyerang sehingga ada ruang cukup besar di pertahanan Barcelona yang bisa dimanfaatkan dengan baik oleh Ramires yang menghasilkan gol tandang yang cantik. Aku seneng banget walaupun agregat 2-2 dengan keunggulan gol tandang ini masih belum aman untuk Chelsea karena Barcelona bisa menambah gol kapanpun, mengingat mereka bermain terbuka dan mempunyai banyak peluang. Masih ada 45 menit berikutnya.
Nah, satu hal yang aku pelajari dari laga semalam ini: jangan seenaknya meremehkan orang lain. Chelsea yang gak diunggulkan untuk melaju ke final, apalagi harus menghadapi gempuran matador Catalan di semifinal, malah sukses membuktikan bahwa mereka memang layak ke final. Seperti yang dilansir sport.detik.com, Media asal Catalan, Sport, bahkan dengan terang-terangan mengatakan bahwa Barca lebih layak untuk menang. Sebaliknya, Chelsea dituding sebagai klub yang vulgar, pengecut, penakut, dan tidak pantas untuk menang. Penghinaan semacam ini sangat disayangkan, mengingat mereka harus menjilat ludah mereka sendiri sekarang, tapi Chelsea telah sukses membuktikan pada dunia bahwa mereka bisa mengungguli Barcelona, bisa menyingkirkan raksasa Catalan.
Babak kedua dimulai dan gawang Chelsea tak pernah jauh dari ancaman. Chelsea nampak semakin memperketat pertahanannya dan mungkin akan memanfaatkan serangan balik cepat di sela-sela kelengahan Barcelona. Keunggulan gol tandang sepertinya agak melegakan tapi for me, that’s not relieving enough.
Lampard dan Fabregas sempat terlibat adu mulut. Fabregas terjatuh di sebelah Lampard tapi aku lupa kenapa mereka bisa begitu (I need to watch the match again). Lampard hampir marah-marah kepada mantan pemain Arsenal ini tapi untungnya berhasil diredam oleh pemain-pemain Chelsea. Jangan sampai deh Lampard dan Chelsea dirugikan lagi di UCL, sudah cukup. Emosi dan aroma dendam kembali menyelimuti Camp Nou. Memori laga semifinal leg 2 tahun 2009 di Stamford Bridge kembali menyeruak.
Fabregas sempat dilanggar di kotak terlarang oleh Drogba dan wasit langsung menunjuk titik putih yang artinya Barcelona berhak mendapat hadiah penalti. Aku sempat was-was dan makin deg-degan tapi aku percaya Cech masih bisa diandalkan. Cech pasti bisa menyelematkan gawangnya, tingginya aja hampir 2 meter dibandingkan Lionel Messi yang menjadi algojo penalti ini. Messi pun mengambil kesempatan ini di menit ke-49 namun gagal mengonversinya menjadi gol. Untunglah, tiang gawang seolah menjadi pengganti JT di sini. Lagipula gawang sebegitu gedenya kenapa yang diincar tiang gawang sih, Lionel? Dan hal ini memperpanjang rekor Messi tak pernah sekalipun membobol gawang Chelsea. Yeaaaah!! Mungkin ada kaitannya dengan beban mental yang diempu Messi di laga ini, ha, who knows? Mungkin bisa jadi juga faktor kelelahan pemain Barcelona, kelelahan mental dan fisik, karena weekend kemarin menjamu rival abadinya, Real Madrid. Wah, tapi Chelsea pun harus menghadapi Arsenal kemarin itu. That’s not a reason, though.
Di menit-menit terakhir atmosfir pertandingan semakin panas saja karena Barcelona yang tak kenal lelah terus mencoba membobol gawang Cech dan Chelsea yang masih fokus dengan strategi pertahanan ofensif mereka. Aku sempet khawatir Chelsea gak bisa melaju ke final tapi aku selalu yakin bahwa fair play should win tonight.
Sepuluh menit terakhir, Drogba diganti Torres. Barcelona sempat membuahkan gol sebelumnya tapi gol ini dianulir karena offside. Menit 90 berjalan dan Barcelona masih sibuk menyerang tapi bola berhasil direbut pemain Chelsea (sepertinya Ashley Cole) dan diumpan jauh ke Torres yang berlari leluasa di pertahanan Barcelona, menerjang Valdes, dengan hanya satu pemain bertahan Barcelona mengejarnya namun masih kurang cepat dibandingkan Torres. El Niño berhasil melewati Valdes dan mengantarkan bola ke gawang Barcelona. Chelsea pun bersukacita. Sumringah di wajah RDM, di wajah punggawa Chelsea, di wajah kami para True Blues.... honestly I just don’t believe what I have just seen. He scored a goal!! Dengan hanya sisa beberapa detik saja, mustahil bagi Barcelona untuk mengejar ketertinggalan ini. Mereka harus mengakui kemenangan ini. Messi pun menangis. Cup cup cup, kalah-menang adalah hal biasa dalam sepak bola, Nak.
Soal Torres, dulu aku sempet meremehkan dia karena dia gak ‘panas-panas’ setelah didatangkan dari Liverpool. Dia belum memunculkan performa terbaiknya bersama Chelsea. Tapi dia bisa membuatku bangga juga karena golnya semalam. Gol yang menaikkan gengsi. Menang hanya dengan keunggulan agregat mungkin akan membuat banyak kalangan semakin meremehkan Chelsea walaupun pasukan biru London ini melaju ke final tapi dengan adanya gol Torres, Chelsea bisa melaju ke final dengan bangga dan kepala tegak. Aku terharu. Aku terharu atas kemenangan yang dramatis ini.
Dan perlu diingat, Chelsea menang bukan karena beruntung. Kami bekerja sangat keras. Dengan hanya sepuluh pemain kami bisa menahan imbang raksasa Catalan di kandangnya sendiri dan membungkam langkah Barcelona ke partai final. Kami bekerja ekstra keras, mungkin faktor keberuntungan ada tapi itu bukan faktor utama kemenangan kami. Kami bermain efektif, kami bisa membuat 3 gol dari 4 kesempatan.
Aku seneng banget. Gak tau mesti ngungkapin dengan cara apa yang jelas aku seneng banget. We’re going to Munich, Chelsea, let’s prove that we are the best in the world. Keep the Blue flag flying high. And we will be victorious!! (mengutip liriknya Uprising dari Muse.)
Satu hal yang aku inginkan dari Om Roman, pemilik Chelsea: permanenkan caretaker Roberto di Matteo!! Permanenkan RDM!!
Camp nou, setelah menjadi saksi kekalahan tuannya di tangan Real Madrid di laga bertajuk El Clasico weekend lalu, sekarang menjadi saksi tidak lolosnya Barcelona ke final Liga Champions. Menang-kalah dalam sepak bola itu biasa. Aku salut dengan Pep Guardiola karena dia sportif dan mengucapkan selamat pada RDM dan Chelsea. Hanya orang besar yang berani mengakui keunggulan lawan.
Dan lawan Chelsea di final Champions tahun ini adalah Bayern Muenchen. Final akan diadakan di kandang Muenchen, di Allianz Arena (salah satu stadion favorit aku) tanggal 19 Mei nanti. Oh my God, I just can’t wait that long.
Madrid tersingkir setelah drama adu penalti yang menyakitkan. Penalti memang seperti berjudi, faktor keberuntungan banyak berperan di sana. Aku gak mau bahas Madrid-Muenchen, aku gak tau banyak soal mereka. Yang jelas Chelsea akan melawan Muenchen di Munich, di Allianz Arena, di kandang raksasa Jerman, di depan pendukung The Bavarian.
Aku berharap semoga Chelsea menjadi juara UCL untuk pertama kalinya tahun ini. Aku yakin semua True Blues juga berharap demikian. Kami ingin melihat Chelsea berjaya. Kami ingin membuktikan pada dunia bahwa Chelsea memang pantas menjadi juara Liga Champions. Chelsea Till I Die. Optimis harus terus ada.
Dan yang terakhir supaya perlu diingat bahwa aku menulis semua ini dalam perspektif aku pribadi, no offence buat Azulgranas, ya!! 

0 comments:

Post a Comment