Good warm-up for Summer Suprises
(Spoiler Alert!!)
Salah satu film yang paling ditunggu-tunggu semua
orang terutama movie freaks, tak terkecuali saya, adalah The
Avengers. Film dimana terdapat 6 superheroes berkumpul di dalam satu
frame ini berhasil membius semua orang untuk rela mengantri di bioskop, atau merogoh
kocek lebih dalam dan pergi ke teater IMAX pertama di Indonesia di Gandaria
City, begitu film ini officially released worldwide, termasuk Indonesia
tentu saja. Semua orang penasaran dengan film ini terutama dengan hasil kerja
keras sang sineas, Joss Whedon, dalam ‘mempersatukan’ bintang-bintang besar di
proyek besar ini, melobi bintang-bintang asli pemeran superhero ikonik ini
untuk bergabung membentuk satu tim. Bukan hal yang mudah, tentu saja, untuk
menyatukan mereka dan meredam ego masing-masing. Whedon berhasil melakukannya
dengan sangat baik dan untuk hal ini saya beri Whedon applause. The
Avengers tak hanya sukses di Amerika Utara namun juga di dunia sejak rilis
perdana tanggal 4 Mei kemarin.
Film yang digawangi oleh bintang-bintang asli yang
sebelumnya telah tampil solo dalam filmnya masing-masing: Robert Downey Jr.
(Tony Stark/Iron Man), the gorgeous man alive Chris Evans (Steve
Rogers/Captain America), Mark Ruffalo—menggantikan pemeran asli sekaligus
sahabatnya, Edward Norton—(Dr. Bruce Banner/Hulk), Chris Hemworth (Thor),
Scarlett Johansson (Natasha Romanoff/Black Widow), Jeremy Renner (Clint
Barton/Hawkeye), Tom Hiddleston (Loki), dan tentu saja Samuel L. Jackson (Nick
Fury) telah berhasil memuaskan hasrat pecinta komik, terutama pecinta superhero
Marvel, untuk menyaksikan karakter favorit mereka direalisasikan dalam bentuk motion
picture. Dan hasilnya tidak mengecewakan. Porsi tampil yang pas antara para
superhero dan skrip yang menarik merupakan kunci utama mengapa saya sangat
optimis bahwa film ini akan memuncaki tangga box office. Akan sangat
aneh kalau yang terjadi malah sebaliknya. Film ini epic dan merupakan
pembuka film-film musim panas yang penuh dengan ‘kejutan’ dan superhero macam
The Dark Knight Rises dan The Amazing Spider-man.
Cerita diawali dengan Tessaract yang berhasil
ditemukan ayah Tony Stark, Howard Stark, di akhir film Captain America: The
First Avenger, bereaksi sangat tidak lazim di markas S.H.I.E.L.D. Tessaract
berhasil ‘membawa’ Loki, saudara tiri Thor yang jahat, ke Bumi dan mengancam
dunia dengan obsesi jahatnya: ingin menguasai bumi dan memperbudak umat manusia.
Hal inilah yang menjadi permasalahan utama S.H.I.E.L.D. Nick Fury pergi dan
mulai merekrut para superhero ini dengan perekrutan langsung dengan mendatangi
mereka satu persatu seperti ketika
mendatangi Steve Rogers yang sedang latihan dengan sandsacks atau dengan
mengutus orang lain seperti ketika dia mengutus Natasha Romanoff untuk merekrut
Bruce Banner.
“Part what makes The Avengers interesting is that not
all of the big action sequences about fighting an enemy, these guys are trying
to find their way amongst each other and become a team.”
-- Chris Evans
Namun sayangnya, Clint Barton terkena ‘sihir’ Loki dan
malah bekerja sama dengannya dan berbalik memerangi S.H.I.E.L.D dan kumpulan
superheronya. Tapi dia berhasil ‘disadarkan’ kembali oleh Romanoff dengan
membenturkan kepalanya dengan keras. Scene yang menarik di sini, menurut
saya, ada tiga yaitu ketika Tony Stark dan Steve Rogers terlibat pertengkaran
berkali-kali, ketika akhirnya The Avengers bersatu, dan ketika Tony Stark bisa
membuat tensi film ini agak ‘turun’ ketika dia melemparkan jokes yang
simpel tapi tetap lucu dan khasnya Stark.
Namun saya agak merasa seperti dèja vu adalah
ketika Hawkeye yang masih dalam pengaruh ‘sihir’ Loki, meminta Loki untuk
mengalihkan perhatian S.H.I.E.L.D. Adegan ini seperti adegan pengalihan
perhatian di The Dark Knight (2008) namun bedanya adegan di The Avengers ini
jelas sekali dan bisa langsung ditebak jika ini adalah pengalih perhatian
semata—sepertinya film superhero banyak juga yang mudah ditebak because good
always wins against bad. Tapi tetap saja we don’t wanna stand up until
the movie does end!! Yang membuat saya penasaran adalah bagaiman
S.H.I.E.L.D dan kumpulan superheronya mengatasi masalah ini tanpa Hulk yang
menjadi masalah terbesar S.H.I.E.L.D. Hulk lah yang diincar Loki untuk
mengacaukan segalanya karena Hulk is completely uncontrollable.
Sekarang
saya mau mengomentari akting para pemeran The Avengers. Akting Samuel L.
Jackson sebagai Nick Fury tak perlu diragukan lagi. Sudah banyak makan asam
garam di Hollywood membuat Jackson menjadi one of Hollywood’s A-list actors.
Masuknya Jackson menjadi salah satu pendukung film ini adalah pilihan yang
tepat, saya tak bisa membayangkan orang lain memerankan Nick Fury. Namun,
menurut saya, peran Nick Fury di S.H.I.E.L.D belum terlalu memberi dampak yang
besar kepada The Avengers dalam arti kepemimpinan S.H.I.E.L.D hanya sekedar
pemimpin. Dia kurang tereksplor di film ini tapi sebenarnya it didn’t bother
me a lot as I still could enjoy it as much as I enjoyed the rest of the movie.
Adegan yang paling saya sukai adalah ketika Agen Coulson, yang merupakan
penggemar berat Captain America, dibunuh oleh Loki. Fury memberikan kartu
bergambarkan Captain America yang tadinya hendak diberikan kepada Rogers untuk
ditandatangani langsung olehnya namun sayangnya Rogers enggan menandatanganinya
kepada Rogers. Fury memberi sedikit dorongan kepada pasukannya—terutama
pemimpin The Avengers, Captain America—untuk bekerja sama. Dan The Avengers pun
mulai rukun dan bisa bekerja sama. (Average performance: 9/10)
Akting Robert Downey
Jr. perlu diacungi jempol di film The Avengers ini. Masih memerankan bilioner playboy
nyentrik, Tony Stark, Downey Jr. Berhasil memerankannya dengan amat sangat
baik. Dengan selera humor segar yang tak pernah lepas dari mulutnya, Downey Jr.
berhasil membawa karakter Stark yang juga alter egonya, Iron Man, menjadi
setingkat lebih baik daripada dua installment Iron Man sebelumnya.
Sebelumnya saya tak pernah menyukai Iron Man tapi begitu melihat akting Downey
Jr. di film ini saya jadi tergoda untuk menyewa DVD Iron Man 1 dan 2. Tapi yang
jelas, armor suit Iron Man di sini jauh lebih canggih daripada
sebelumnya. Adegan Iron Man favorit saya adalah ketika dia berhasil menajdi penyelemat
New York dan dunia karena nuklir yang dikirim oleh anak buah Loki yang tadinya
mengarah ke Stark Building berhasil dia bawa keluar bumi. (Average
performance: 8.5/10)
Akting Chris Evans
tak perlu diragukan lagi. Dialah bintang masa depan Hollywood. Saya berani
mengatakan bahwa ketika Hollywood tidak ‘membutuhkan’ jasa Tom Cruise atau Brad
Pitt dan kawan-kawan, mereka bisa ‘meminjam’ Cevans, panggilan akrab Evans.
Selain memang mempunyai paras rupawan, akting Cevans tak bisa disebut kacangan.
Ini dibuktikan dengan kepiawaiannya bermain di berbagai jenis peran, dari drama
hingga aksi. Dia pun akan kembali memerankan Captain America di sekuel solo
performance-nya yang rumornya akan dirilis tahun 2014 kelak. Saya lebih
menyukai akting aktor yang tak bisa dipisahkan dengan peran superhero yang
diadaptasi dari komik ini ketika dia memerankan Captain America yang serius
daripada peran kekanak-kanakan Johnny Storm di installment Fantastic
Four. Adegan paling menarik adalah ketika Steve Rogers berseru ke Tony Stark
ketika mereka bertengkar di laboratorium Bruce Banner, “Put on the suit.
Let’s go a couple rounds.” And one more thing, I prefer the suit in
Captain America: The First Avenger for Steve Rogers cause it looks more
elegant. (Average performance: 9/10)
Mark Ruffalo
sebenarnya bukanlah aktor pilihan utama untuk memerankan Dr. Bruce Banner.
Edward Norton, yang merupakan sahabat Ruffalo, lah yang didaulat menjadi
pemeran yang alter egonya monster berwarna hijau yang sangat besar, Hulk. Namun
proses negosiasi dengan Norton menemui jalan buntu sehingga peran ini pun jatuh
ke tangan Ruffalo yang lebih dikenal sebagai Hollywood swing man ini.
Menurut saya, akting Ruffalo dan kelebihannya menhidupkan karakter Banner dan
Hulk (Ruffalo memerankan Hulk secara langsung tidak seperti di dua film sebelumnya
yang diperankan oleh aktor lain) jauh lebih baik daripada Eric Bana atau Norton
sekalipun. Dan saya menyukai adegan ketika Hulk menaati perintah Captain America
saat mereka melawan pasukan Chitauri. Ternyata Hulk lebih dari sekedar monster
hijau yang tak terkontrol. “Smash em all, Hulk!” Saya jadi penasaran apa
yang bisa membuat moster hijau raksasa ini mau mendengarkan dan melaksanaan
perintah Captain America. Maybe Captain America is the only person Hulk will
listen to. He’s alson a captain, right? Adegan ketika Hulk menyelamatkan
Iron Man pun terasa sangat heroik karena saat itu tak ada yang mampun
menyelematkan Manusia Besi tersebut. (Average performance: 9.5/10)
Chris Hemworth masih
memerankan dewa petir, Thor. Dengan mythical hammer, Thor seolah menjadi
orang—bisakah kita menyebut dia orang?—yang tak terkalahkan di The Avengers (kecuali
jika dia berhadapan dengan Hulk). Apalagi kenyataan ini didukung oleh fakta
bahwa ternyata Hulk pun tak bisa mengangkat palu Thor. Hemsworth pun harus
menjalani latihan dan diet sangat ketat untuk memperoleh tubuh Thor. Tapi
menurut saya peran Thor di The Avengers kurang menonjol walaupun dia
berkali-kali berhadapan langsung dengan Loki, saudara tirinya, karena mungkin
dia merasa bertanggungjawab dan bersalah atas ‘tersesat’-nya Loki ke Bumi.
Seperti ada yang kurang dalam diri Hemsworth, sepertinya pesonanya hilang di
antara jajaran pemain extravagant ini. Adegan yang lucu adalah ketika
Hulk berbagi frame dengan Thor dan mereka berdiri berdampingan setelah
menghajar musuh. Thor ditinju menjauh oleh Hulk karena mungkin dia tak mau
berbagi frame dengan siapapun. (Average performance: 8/10)
Scarlett Johansson memerankan
Natasha Romanoff/ Black Widow. Saya awalnya meragukan kemampuan Johansson dan
mengira dia didaulat menjadi pemeran agen rahasia Rusia ini hanya karena dia
sangat sexy dan hanya menjadi pemanis di antara anggota-anggota lain
maskulin. Johansson pun awalnya ragu akan kemampuan Black Widow di antara
superhero ikonik macam Iron Man, Captain America dan Thor. Namun Whedon
berhasil meyakinkannya dan akhirnya Johansson bergabung. Secara keseluruhan,
akting Johansson sangat ciamik. Dia berhasil mengimbangi aktor yang lain, dia
sangat luar biasa. Namun sayangnya masa lalu Natasha Romanoff aka Black Widow
tidak dimunculkan, walaupun sekilas. Mungkin nanti akan ada spin-off Black
Widow. (Average performance: 8.5/10)
Kemampuan Jeremy
Renner sebagai aktor semakin hari semakin baik terbukti dengan perannya sebagai
Clint Barton/Hawkeye yang mempesona setelah sebelumnya pernah bersanding dengan
Tom Cruise di MI:4 dan bermain di film The Hurt Locker yang mengantarkannya
menjadi salah satu nominasi Best Actor di Academy Awards. Saya menyukai akting
Renner di sini, dia berhasil membawa kemisteriusan Agent Barton dan menonjolkan
karisma Hawkeye dengan sangat baik. Bow and trick arrows milik Haweye
pun tak kalah menarik perhatian saya. Senjata yang lebih mematikan daripada
palu milik Thor atau Hi-tech Bracelet and Belt milik Black Widow ini mempunyai
akurasi yang sangat tinggi apalagi jika Haweye yang menggunakannya karena
akurasinya bisa mencapai 99%. (Average performance: 9/10)
Tom
Hiddleston sebagai Loki aka dewa saudara tiri Thor yang berniat memperbudak
umat manusia dan menguasai dunia dengan bantuan pasukan Chitauri. Akting
Hiddleston baik di sini tapi dia kurang sangar dalam memerankan musuh bersama
The Avengers ini. Saya berharap banyak pada penjahat ini, saya berharap dia
bisa melebihi The Joker dalam The Dark Knight atau musuh Batman yang akan
datang, Bane, yang rumornya akan tampil dengan sangat amat kejam dalam The Dark
Knight Rises yang akan rilis bulan Juli ini. Sebenarnya tak ada yang salah
dengan skripnya, tentang bagaimana Loki membuat keonaran, tapi menurut saya
Loki tidaklah sekuat Thor. Dia memang memiliki kekuatan super di tongkatnya.
Dia berniat mencuri Tessaract dan menukarnya dengan pasukan tangguh Chitauri. Dia
pun berhasil memanipulasi Hawkeye, dengan tongkatnya. Tanpa mereka—terutama
tongkat—Loki bukanlah siapa-siapa. Saya agak kecewa dengan hal ini sebenarnya,
karena setiap kali Loki berhadapan satu lawan satu dengan anggota The Avengers
macam Hawkeye, Iron Man, Hulk atau bahkan Thor, Loki pasti kalah. Tapi entah
kenapa—I don’t read the comics ‘cause I don’t know how to find them karena
mungkin alasan semua praduga saya ada di komik The Avengers—Loki tidak
mengeluarkan kemampuan ‘memecah’ dirinya ketika berhadapan dengan pasukan
pahlawan super ini. Ataukah kemampuannya ini hanya bisa dilakukan jika dia
memegang tongkat ajaibnya? (Average performance: 8.5/10)
Pencapaian The Avengers yang fantastik, karena
berhasil meraih lebih dari 200 juta dolar di minggu pertama pemutarannya dan
berhasil mengalahkan The Dark Knight, Spiderman, atau bahkan film paling alay
The Twilight Saga, berhasil menaikkan pamor Marvel Comics yang akan bersaing
dengan film superhero DC Comics yang akan rilis dua bulan lagi, Batman dalam
sekuel terakhir versi Nolan, The Dark Knight Rises. Memang kompetitor terberat
The Avengers akan datang pada bulan Juli ini ketika The Amazing Spider-man
(yang walaupun berasal dari Marvel tetapi diproduksi oleh studio yang berbeda)
dan The Dark Knight Rises rilis. Ketiga film ini akan bersaing di tangga box
office. Mari kita lihat siapakah yang unggul di antara mereka, siapakah
superhero yang berhasil mengungguli superhero lainnya: akankah pahlawan malam
Gotham, Batman, atau manusia dengan sarang laba-laba, Spider-man, atau pasukan superhero
Marvel, The Avengers.
Sebenarnya ada dua post-end credit di film The
Avengers ini dan sayangnya saya hanya melihat yang pertama, ketika (mungkin)
pemimpin Chitauri (yang sekilah wajahnya mirip dengan Nick Fury) memberi
pernyataan bahwa jangan pernah mencari keonaran dengan manusia. Dan yang kedua
adalah ketika semua anggota The Avengers menikmati shawarma dengan bisu di
sebuah restoran.
Bagi yang belum menonton The Avengers, saya sarankan
segeralah menonton. Film ini benar-benar recommended worth-watching movie
before Summer comes.
Avengers Assemble!!
Story: 8/10
Cast: 9/10
Ending: 8/10
Average: 8.5/10
0 comments:
Post a Comment